Field Visit


Minggu lalu, kebetulan saya dapet tugas field visit menemani seorang Professor untuk melakukan evaluasi tentang Project yang dilaksanakan oleh kantorku. Perjalanannya lumayan melelahkan, karena tim evaluasi kami harus mengunjungi 3 Provinsi dalam waktu 6 hari. Rutenya Jakarta - Lampung - Makassar - Jakarta - Padang - Jakarta. Yah bayangin aja, travel 3 kota dalam seminggu, serasa leaving on jet plane gitu lah...

Di setiap daerah yang kami kunjungi, kami melakukan wawancara dengan pemerintah dan masyarakat desa. Biasanya begitu kami sampai di desa, kami langsung melakukan wawancara dengan masyarakat yang sudah berkumpul di kantor desa. Umumnya wawancara dengan penduduk cuman sekitar sejam-an (bukan sejaman, :p ) .

Namun, ada satu kunjungan rasanya berbeda dengan kunjungan-kunjungan lain. Waktu itu kami berkunjung ke Kabupaten Agam. Seperti biasa, kami menuju ke Kantor Desa karena masyarakat biasanya sudah berkumpul disana. Saya dan Pak Professor pun siap-siap. Begitu memasuki ruang pertemuan, saya sempat amazed karena ada spanduk besar terpampang bertuliskan: SELAMAT DATANG TIM EVALUASI EKSTERNAL DI KEC. XXXXXX KAB. XXXXXXX. Wah gak biasa nih seperti ini, biasanya kami langsung wawancara dengan masyarakat tanpa sambutan seperti ini.

Saya makin heran begitu melihat tamu-tamu yang hadir, mereka semua mengenakan batik dan baju koko sedangkan ibu-ibu nya mengenakan kebaya. Saya sempat terpikir apa saya salah ruangan yah, tapi gak mungkin juga salah ruangan, wong ada spanduk nya kok. Mana saya cuman pake baju kaos berkerah lagi (doh) serasa salah kostum. Saya dan Pak Professor dipersilahkan duduk di depan bersama dengan Pak Camat, Pak Wali Nagari (Kepala Desa, red), Pak Kepala Dinas dan Pak Kasubdin Provinsi. Setelah itu, keluarlah Ibu pembawa acara menggunakan kebaya dan memulai memandu acara layaknya memandu jalannya upacara bendera.

Suasana terasa sangat formal, dan yang membuat acara ini makin terasa formal adalah ada 5 sambutan berturut-turut. Oh Mai Got.... Mampus deh.... Saya akhirnya harus menerjemahkan sambutan-sambutan yang sambung menyambung itu (and repeat the same thing on and on....) Fiuhhhhh

Setelah semua sambutannya selesai, kami kemudian dipersilahkan mengunjungi rumah penduduk tanpa mendapatkan kesempatan melakukan wawancara dengan masyarakat. Dan hari itu kami selesai tanpa melakukan wawancara yang kami inginkan. Untungnya Pak Professor gak keberatan. Mungkin memang setiap daerah mempunyai interpretasi yang berbeda tentang kunjungan tim evaluasi. Atau mungkin daerah yang kami kunjungi ini berusaha memberikan kesan yang baik kepada tim evaluasi. Yah... tapi ada satu pelajaran yang saya dapatkan dari kunjungan ini, kalo melakukan kunjungan ke Desa, sebaiknya bawalah cadangan baju batik atau baju koko, biar gak salah kostum lagi, hehehehe
6 komentar
  1. untung gak dijodohin dengan gadis desanya yak...:D

    BalasHapus
  2. wah hampir dijodohin opa.... xixixixi hampir jadi orang padang ambu....

    BalasHapus
  3. hai.. ini pas lu interprete profesor siapa? (jgn bilang papanya Xena yach.. soalnya kapan hari dia ngaku profesor.. kekeke)

    anyway, foto lu jadul.. ada listya! miss ya!

    BalasHapus
  4. jangan cuma baju cadangan dong..hehehe..kan ada lagunya lelaki cadangan..eh pacar cadangan..wakakak

    BalasHapus
  5. @Ayu: JYaaaah ini sih bukan si Professor Botak Wannabe MOm... kekekek, ini professor beneran. Sumpah

    @om Penjaga: saya kan lelaki cadangan, gubraks (doh)

    BalasHapus
  6. jangankan si traveller, yg nyusun schedulenya aja sampek puzing....ganti lagi rubah lagi (doh)...hhehehehehehe

    BalasHapus