Contemplation, a ritual prior to Idul Fitri

Semalam sehabis buka puasa, suasana sempat lengang, tak seperti suasana malam malam Ramadhan sebelumnya. Kali ini jalan-jalan di kampungku lumayan sepi. Semuanya menanti sidang Isbat, and then last night was finally decided that 20-09-2009 is the day of Idul Fitri. Dan bencana pun dimulai, petasan tak berhenti dibunyikan, tak hanya petasan made in factory tapi juga petasan bambu yang pake karbit. Awalnya, saya tidak merasa masalah dengan bunyi petasan, tapi lama-lama mengganggu juga. Malam Idul Fitri yang seharusnya dipenuhi dengan takbir, tahlil dan tahmid harus kalah dengan bunyi petasan yang notabenenya diperuntukkan untuk menyambut hari kemenangan. Namun, mungkin seperti itulah cara orang merayakan kemenangan meski cara tersebut tidak pernah menjadi preferensi saya.

Yang membuat agak jengkel adalah mama yang sakit sakitan sepertinya tidak pernah tidur nyenyak tadi malam, plus tetangga yang anaknya baru dua bulan juga harus begadang mendampingi anaknya sampai pesta "PENYAMBUTAN IDUL FITRI" itu berakhir. And fiuhh akhirnya memang selesai jam 3 subuh. Entah berapa investasi yang mereka tanam untuk membuat suara ledakan yang dahsyat itu, mending dibeliin es krim, dapat berapa tuh?? hehehe dasar gembul.

Tak ingin terdengar serius, tapi saya cuman sedang mikir aja, apakah memang sebuah perayaan kemenangan harus dilakukan dengan cara yang mungkin tidak membuat orang lain happy? Lagian juga selama Ramadhan kita belom tentu menang kan?? Ahhh kadang esensi sebuah momen memang harus hilang atau terpinggirkan karena kurang memahami makna momen tersebut. Today, 20-09-2009, I feel something missing, my holy Ramadhan.

PS: Picture is taken from www.randomclipart.com



7 komentar
  1. Semoga mamanya cepat sembuh... Maaf lahir bathin cip. and Yeah, we will miss Ramadhan :-D

    BalasHapus
  2. yah,seharusnya malam terakhir ramadhan dijadikan moment perenungan. suka miris juga kalo 'pesta penyambutan' tersebut dirayakan dgn berlebihan.bukankah Allah tidak suka orang yang ishrof? wallahu a'lam.
    baydeway,selamad idul fitri.mudah2an kita bisa bertemu Ramadhan :)

    BalasHapus
  3. semoga mama cepet sembuh ya pu, eh minal aidzin walfaidzin mohon maaf lahir dan bathin. eh bagiki burasa ta

    BalasHapus
  4. Cipu...

    mohon maaf lahir dan batin ya..

    I know what you felt...
    Kadang-kadang kegembiraan yang terlalu meluap-luap dan menggebu-gebu emang suka mengesampingkan esensi sebuah ritual suci...

    Jadi kapan pulang ke Jakarta? Udah pengen muter2 busway neh :P

    BalasHapus
  5. nice blog euy, saya dah ratusan tahun tak pernah update lagi.
    maklum saat2 skripsi dan laporan2 kerja praktek (hee,,alasan klasik)

    okelah, moga2 blog saya bisa eksisi lagi

    BalasHapus
  6. @dhodie: makasih doa nya
    @achie:amiiiiin
    @lelakianeh: thanks, mo ngambil burasa nya dimana??
    @retri: iya nih, ready to conquer jakarta?? *wink*
    @lutfiana: update atuh :D

    BalasHapus
  7. Setuju beib...hal yg selalu aku benci bila Ramadhan datang adalah petasan.

    BalasHapus