Memori Kurume 2005

Saya sudah lupa tepatnya tanggal berapa, namun saya masih ingat waktu itu bulan Februari tahun 2005. Saya bersama Katarina, seorang sahabat dari Slovakia, dijemput oleh guru kami dengan mobil di depan kampus.Beliau berusia sekitar 70 tahun, namanya Furui Sensei. Di usianya yang sudah hampir tiga perempat abad,  Furui Sensei masih sanggup mengemudikan mobil jarak jauh. Hari itu kami bertolak dari Saga ke Kurume, sekitar 2 jam perjalanan.

Ada apa di Kurume? Di Kurume kami berencana akan mengunjungi sebuah sekolah luar biasa. Saya dan Katarina diminta oleh Furui Sensei untuk memberikan presentase kepada murid-murid SLB yang ada disana tentang Indonesia dan Slovakia. Untungnya, saya telah menghapalkan apa yang akan saya ucapkan. Saat itu saya harus presentase dalam bahasa Jepang tentang Indonesia. Yah maklum lah sodara-sodara, waktu itu Bahasa Jepang saya teramat sangat belepotan (sekarang malah lebih belepotan lagi).

Begitu memasuki pintu gedung, saya sudah mendapatkan sebuah surprise berupa ucapan Selamat Datang yang terpampang dalam Bahasa Indonesia dan Slovakia. Kata para guru, murid-murid yang membuat ucapan selamat datang tersebut. Saya sudah tercekat duluan.
Ucapan Selamat Datang beserta patung selamat datanng nya
Memasuki aula sekolah, berjejer di depan saya para murid SLB, beberapa duduk di atas kursi roda ditemani para guru dan pendampingnya. Saya makin terperangah saat melihat ada sebuah papan berisikan resep Nasi Goreng dan Soto Ayam dalam bahasa Indonesia beserta gambarnya. Katarina juga ikut takjub saat melihat makanan khas negaranya bersanding dengan Poster Nasi Goreng dan Soto Ayam. Tak lupa bendera Indonesia dan Slovakia yang dipasang tepat di tengah ruangan. Sungguh sebuah cara yang elegan untuk menghormati tamu asing. Saya TERKESAN!!!!.
Bendera Indonesia - Slovakia ala Murid Murid SLB di Kurume

Antusiasme murid dimulai saat saya memulai presentasi tentang Indonesia. Saya menunjukkan betapa beragamnya negeri saya tercinta ini, disertai sejumlah gambar berisikan adat dan budaya serta tempat-tempat terkenal di Indonesia. Anak-anak itu makin terlihat senang saat saya mengeluarkan sarung dan menunjukkan bagaimana cara memakai sarung. Mereka tergelak dan juga takjub. Katarina juga melakukan presentase dengan sangat baik. Senang melihat anak-anak itu tersenyum dan bergumam tanda takjub saat kami memperkenalkan kepada mereka budaya-budaya kami.
Lagi siap siap pake sarung.... mo buka jaket dulu hehehehe

Ini jadi artis apa jadi tukang lenong yah
Acara kemudian dilanjutkan dengan beberapa games yang menarik. Saya banyak berinteraksi dengan mereka, umum nya dengan bahasa isyarat sih soalnya mereka kurang bisa mengerti bahasa Jepang aksen tarzan yang saya miliki. Beberapa anak-anak malah tak berhenti mendekat dan menjabat tangan saya dengan penuh suka cita. Mungkin mereka merasa sangat senang kedatangan tamu ganteng dan cantik. (Yeah saatnya muntah bagi yang mual).
Bersama murid, guru dan pendamping 

Setelah semua acara selesai, saya, Katarina dan Furui Sensei denga  berat hati meninggalkan SLB diiringi lambaian tangan dari pada murid, guru dan pendamping mereka. Saya membawa sebuah tas jinjing hasil prakarya mereka. Saat tiba di kamar, saya baru sadar bahwa terselip sebuah amplop berisikan segepok uang Yen yang jumlahnya bisa buat traktir beberapa teman selama 7 hari berturut-turut. Alhamdulillah. Dua minggu kemudian, saya dan Katarina dipanggil menghadap Furui Sensei. Ternyata kami mendapatkan puluhan surat dari para murid SLB yang kami kunjungi. Meski dengan tulisan jepang khas anak kecil, saya dan Katarina berkat bantuan Furui Sensei bisa membaca satu persatu surat-surat tersebut. Semuanya mengucapkan terima kasih dan meminta kami datang lagi. Sungguh sebuah apresiasi yang sangat tinggi dari anak-anak penyandang cacat di Kurume. Saya tercenung saat itu, betapa sebuah kunjungan ke tempat mereka bisa sangat berarti untuk mereka.

Saya mengamati bahwa para penyandang cacat di Jepang mendapatkan banyak fasilitas layanan publik yang memadai sehingga mereka bisa beraktifitas. Pun di Australia, banyak mahasiswa dengan kursi roda yang lalu lalang di kampus yang menandakan bahwa hak mereka untuk mengecap pendidikan hingga ke universitas ternyata diakomodasi oleh negara. Saya tak akan membandingkan situasi di atas dengan situasi penyandang cacat di negeri saya tercinta, saya tak suka menyalahkan. Karena saya yakin, semuanya juga sudah tahu.

Saya lebih suka memanggil mereka dengan sebutan diffable, daripada disable. Karena mereka pasti punya kelebihan yang lain, makanya saya memilih menggunakan diffable atau different ability. Buktinya, prakarya prakarya murid-murid SLB di Kurume sangat artistik dan berhasil menghias meja belajar saya di Jepang. Dan jangan salah, mereka punya kelebihan lain. Kelebihan mereka adalah mereka tahu bagaimana cara yang elegan untuk menerima tamu.
21 komentar
  1. wah salut gw ama kegiatan elo yg satu ini
    anw gw setuju bgt ama elo, mereka bukan disable tapi diffable

    BalasHapus
  2. wow...100 jempol buat cipu!!!
    gw terharu banget waktu baca ada menu nasi gore yg mereka buat dalam bahasa indonesia...huhuhuhu...

    cipu...jangan berhenti melakukan hal baik ya ;) semangat ^^

    BalasHapus
  3. WOW...pengalaman yang seru dan berkesan, apalagi ditambah dengan sambutan hangat mereka yang meriah. Sampai-sampai bendera Indonesia juga dipajang. Salut buat Cipu. Dengan begitu mereka jadi tahu tentang Indonesia.

    Btw, ini foto mas Cipu yg skrng, kok beda ya,dengan potongan rambut pendek?

    BalasHapus
  4. Cerita yang sangat berkesan, hebat banget apresiasinya mereka memasang bendera Indonesia. Memang orang yang kurang sempurna seperti itu justru punya kelebihan yang luar biasa. Buat anda sukses selalu.

    BalasHapus
  5. Perasaan yg silih berganti timbul saat membaca tulisan ini...

    Merinding, betapa mereka menghargai para tamu yg berkunjung untuk berbagi kebudayaan....

    Salut, dengan segala fasilitas yg tersedia sehingga mereka tidak perlu merasa dibatasi oleh kekurangan ataupun kelebihan yg ada...

    Hhhmmpphh....nahan ketawa waktu liat rambut gondrong cipu....

    :) :D :)) ;))

    BalasHapus
  6. gua termasuk orang yang suka dengan hal2 yang ada personal touchnya. seperti surat tulisan tangan, bukan surat hasil ketikan atau print out. Itu tandanya orang itu niaaat banget mempersembahkan sesuatu untuk kita. Well... how lucky you're...
    have a nice weekend on the library :D

    BalasHapus
  7. one more thing, pesentasi atau presentase sih yang bener? typo atau gua yang selama ini salah kaprah?
    daritadi gua ga ngeh, gua kira lu lagi ngomongin persen (%)

    BalasHapus
  8. well cipu, ngeliat foto2 itu jadi teringat dorama 1 litre of tears dari jepang jg..

    benar2 tulisan yang membuat saya sadar dan terpesona, mereka sangat menghargai kedatangan kita disana yah..

    BalasHapus
  9. WOOOOOWWW... *nganga*.. Ke Luar Ngeri nyempetin mengunjungi SLB??.. salutee buat Cipu. Ini menambah keyakinan saya kalo Cipu tuh baik hatinya... *awas GR*..

    kalo saya ke luar ngeri pasti abis buat jalan-makan dan foto. hehehee...

    btw Cipu, foto kamu yang paling atas koq cantik sih??.. jamannya gondrong yee.. hahahaa

    BalasHapus
  10. Kak Cipu ini dekeettt ama semua orang yaaa...

    anyway, orang Jepang itu memang sangat menghargai kebudayaan orang lain, mereka selalu terkagum2 melihat hal baru bahkan ingin mencobanya, dan sangat menghargai orang lain *pengalaman kerja dengan orang-orang Jepang sejak beberapa bulan lalu* :D

    anyway jadi pengen menginjakkan kaki ke Jepang dan bertemu anak-anak diffable itu,

    salute tuk Kak Cipu yang sudah bisa berbagi dengan mereka :)

    BalasHapus
  11. waw, keren banget. gw setuju sama diffable. orang-orang itu kadang punya kelebihan yang orang biasa ga punya.

    BalasHapus
  12. different ability..!

    setuju dengan kata itu, Tuhan Maha Adil. Tak ada yang percuma diciptakan oleh Tuhan. Cara mereka menyambut otrang asing yang tak mereka kenal adalah suatu kelebihan yang sangat indah. Orang normal punbelum tentu memilikinya..:)

    keren..keren..:)

    salam kenal..:)

    BalasHapus
  13. wow ak kagum lohhh bacanya ternyata seorang cipu sangat membanggakan *berharap dpt uang yen abis ngomong gini*

    btw ak suka dehhhh itu headernya pemandanganya yaa bukan modelnya
    pengen bgt bs foto dtmpt seperti itu

    BalasHapus
  14. luar biasa bro..
    salut saya membaca ceritamu tentang sodara2 kita yang punya different ability itu..

    saya kira pemerintah kita memang masih sangat kurang dalam hal perhatian kepada saudara2 kita itu di Indonesia..tidak ada atau masih kurangnya fasilitas publik yang mewadahi mereka sampai masih rendahnya penghargaan dari masyarakat membuat saudara2 kita itu sering jadi warga negara kelas dua..

    padahal banyak dari mereka yang justru punya kelebihan jauh lebih banyak dari kita yang "lengkap" ini..

    BalasHapus
  15. Keren keren keren...

    Bahkan dari teman2 yang memiliki kemampuan berbeda (pinjem istilah Cipu = diffable) mereka mampu mencontohkan bagaimana cara meghormati dan menghargai tamau.

    Inspiring banget ini posting :D

    BalasHapus
  16. Hooii.... lama tak bersua di blog ini. Apa kabar kawan?

    Ternyata banyak orang-orang Indonesia hebat di luar sana yang luput dari perhatian. Mengenalkan Indonesia dengan lingkup sosialitanya. AH... sungguh mulia kawan! :)

    BalasHapus
  17. merinding dan takjub bacanya! saya ga tau deh reaksi apa kalo disambut di negeri orang seperti itu mungkin udah pingsan kali saking harunya.. :))

    Keren, Cipu! :D

    BalasHapus
  18. mereka tuh berebutan mo megang lu kali, bukan salaman.... mungkin aneh gitu dikiranya lu mahluk dr planet mana gitu...
    apalg model rambut sahrul gunawan gitu hiiiiiyyyy... x_x

    BalasHapus
  19. wah..salut banget dengan anak-2 itu..
    yang penting tetap semangat menjalani kehidupan ini..

    BalasHapus