Creswick (Week 2)

Setelah survive minggu pertama dengan sejumlah tanda tanya seputar stomata, hutan, biomassa, karbon, ozon, NOx, CH4, albido dan istilah-istilah asing lainnya, minggu kedua terasa sedikit lebih ringan. Pelajarannya bukan lagi sains murni, tapi ke implementasi. Selain itu, beberapa hari kami mulai masuk hutan mempraktekkan apa yang kami pelajari di minggu pertama. Lucunya, masuk hutan kudu pake rompi orange dan helm kuning, katanya jaga-jaga biar kepala ga kena dahan jatuh kalo angin lagi kencang.
Dapur yang selalu sibuk

Meja bilyard, tempat pelarian kalo lagi suntuk

Tujuhbelasan ala Creswick
Ada beberapa sesi menarik yang disajikan di minggu kedua. Yang paling saya suka adalah sesi tentang REDD (Reducing Emission from Deforestation and Degradation). REDD adalah salah satu mekanisme perdagangan karbon yang banyak diimplementasikan di negara-negara berkembang, seperti Indonesia. REDD mencakup penghutanan kembali (reforestation), mencegah konversi hutan (avoided forest degradation) dan penanaman pohon di lahan baru/kosong (afforestation).  Proyek-proyek REDD umumnya didanai pihak asing (negara maju) sebagai salah satu alat bagi mereka untuk memenuhi tanggung jawab pengurangan emisi mengikuti amanat Protokol Kyoto. Kata dosen saya, Indonesia adalah negara dengan tingkat emisi terbesar ketiga di dunia. Pas dosen saya mengeluarkan pernyataan ini, si Alex (teman sekelas saya) tiba tiba menepuk pundak saya dari belakang sambil ngacungin jempol, "Bravo, Cipu!!!!". Saya cuman nyengir kuda, "maksud lo? ini salah gua" heheheheh.

Sesi REDD dibawakan oleh seorang cewek asli Australia yang bekerja di beberapa negara sebagai Carbon Specialist (ini adalah pekerjaan yang saya inginkan). Si cewek tahun-tahun terakhir mengabdikan hidupnya di pedalaman Kalimantan Barat untuk melaksanakan proyek REDD. Ia bercerita mengenai tantangan teknis yang dihadapinya berkenaan tentang kurang nya data hutan di Indonesia. Jadi untuk menghitung perkiraan stok karbon di daerah proyeknya, dia harus memulai dari nol. Tapi menurutnya, yang lebih bikin pusing adalah birokrasi. Karena dana yang keluar untuk ngurus administrasi proyek malah kadang lebih besar daripada dana teknis.
Sesi negosiasi masyarakat adat dengan perusahaan sawit, ada yang bawa tombak

Di akhir sesi tentang REDD, kami diminta melakukan roleplay. Roleplay nya tentang sebuah daerah yang memiliki lahan gambut yang luas. Sebuah perusahaan ingin merubah lahan ini menjadi perkebunan sawit, namun pihak REDD ingin mempertahankan wilayah ini. Pemerintah di daerah ini korup dan pihak perusahaan telah mengiming-imingi Pemerintah dengan kucuran dana tetap jika lahan ini dirubah menjadi perkebunan sawit.Kebetulan kepala daerah di tempat ini adalah kakak ipar dari pemilik perusahaan sawit. (Saya jadi mikir, ini kok settingannya Indonesia banget yah). Dalam roleplay ini, kami dibagi menjadi empat kelompok: pemerintah, perusahaan sawit, REDD dan masyarakat. Setiap kelompok diminta bernegosiasi untuk mencapai tujuan masing-masing, dan pemerintah akan memberikan keputusan akhir tentang siapa yang berhak mengelola lahan gambut ini. Saya berada di kelompok pemerintah dan didaulat menjadi sang "kepala pemerintahan". Konsekuensinya, saya diminta menjadi juru bicara selama negosiasi. Negosiasi berjalan alot, lucu dan menyenangkan karena kami sama-sama memiliki motif yang berbeda-beda. Saya beberapa kali dapat tepukan tangan dari teman-teman dan dosen karena katanya akting saya sebagai pemimpin korup pas banget (entahlah, ini pujian atau sindiran), ya iyalaaaah berita aparat korupsi mah tiap hari kali di negara saya. Di akhir sesi, sang pembawa materi mengatakan bahwa apa yang kami bawakan dalam roleplay cukup mencerminkan apa yang terjadi sebenarnya. Roleplaynya sendiri diangkat dari cerita nyata menurut sang pemateri. (saya makin yakin, kisah nyata nya adalah curhatnya tentang Indonesia)
Aksi protes masyarakat adat pada pemerintah
negosiasi pemerintah dengan REDD, "Nanti saya dapat berapa?"
Selama di Creswick kami juga lumayan disibukkan dengan tugas presentasi yang mumet. Setiap orang harus mempresentasikan materi dengan judul-judul yang berbeda. Jangan ditanya susahnya, orang Australianya saja geleng-geleng pas baca bahan dan jurnalnya, apalagi saya yang bahasa Inggrisnya belum lolos iqro' 3. Saya harus mempresentasikan sebuah jurnal dengan judul: "Indirect radiative change through ozone effects on the land carbon sink". WHAT??? Baca judulnya berulang-ulang pun tetap membingungkan. Meski jurnalnya cuman 4 halaman, tapi saya butuh waktu lebih dari seminggu untuk menangkap apa maksudnya. Saya benar-benar harus mengerahkan semua kemampuan bahasa Inggris saya plus bertapa di kamar dan bertanya sering-sering sama dosen untuk bisa mengerti maksudnya. Ternyata yang bule juga pusing, namanya juga jurnal, bukan jurnal kalo gak bikin pusing.
BBQ before the class ends 
Hari terakhir itupun tiba, semuanya tegang. Kami sudah kompakan gak akan bertanya apapun ke teman yang lagi presentasi. Tapi dasar dosennya pengalaman, dia tau aja kalo kami coba curang. Sang dosen pun bertitah: yang presentasi gak boleh turun kalo belom dapat minimal tiga pertanyaan. SIAL!!!!. Setelah membaca basmalah dan beberapa doa lainnya, saya mulai mempresentasikan hasil review dan kritik saya. Beberapa pertanyaan muncul, namun masih bisa diantisipasi. Yang saya suka disini adalah teman-teman saya kritis, namun mereka bertanya bukan untuk menjatuhkan atau menguji, tapi lebih karena mereka memang kurang jelas tentang sesuatu. Plong rasanya setelah presentasi. Ternyata dengan Inggris belepotan plus sedikit bahasa tubuh, teman-teman bisa mengerti apa yang saya maksud.
Happy face after presentation
Sebelum pulang, kami menyempatkan berfoto bersama teman-teman sekelas. Yeah, it was one of the best classes I have ever had in Aussie. Nice lecturers, updated topics, nice blokes and healthy air (iya dong, tetanggaan sama hutan ini). Hehehehehe.

Beautiful sunset in Creswick
10 komentar
  1. Jadi inget, pernah nulis REDD ini juga waktu bikin proposal buat Bentang. Kerjasama REDD Indonesia kan disponsori sama Norwegia. Ihiy, gue dapet beberapa bocoran tentang alotnya diskusi antara pihak Indonesia dan Norwegia waktu pihak Indonesia kunjungan kerja ke Norwegia. Yeah, namanya ajah kunjungan kerja, tapi disono mah mereka bukannya serius kerja ye :p

    seru ceritanya pu, tapi gue share pas chat aja ye. Bahaya kalo cerita disini, nanti gue diboikot lagi :p

    BalasHapus
  2. keseringan liat berita korup, jadi acting pemimpin korupnya beneran menjiwai ya Pu?..

    seru kalo kuliah pake roleplay gitu, lebih ngena.

    BalasHapus
  3. cip tau ga kenapa warnanya kuning dan atau orange? ada maksudnya tuh warna
    wuiihhh elo englisnya lancar aja presentasi masih pake campuran bahasa tubuh, apalagi gw kl yg persentasi ya
    keren ya sunsetnya

    BalasHapus
  4. hahaaha bang, asli kaga kebayang tuh pas dibilang indonesia tingkat emisinya tergolong tinggi trus ada temen yang nepok bilang "Bravo Cipu!!" hahahaa..

    anyway seru ya model kuliahnya begitu o.O

    BalasHapus
  5. kita sbg bangsa indonesia mst berbangga dong, prestasi nya banyak bgt. penyumbang emisi terbanyak, terkorup, etc etc.. Bravo Cipu !

    baca ini gw jd inget jamannya gw kul di prasmul... dulu jg di kasih tugas roleplay gitu & presentasi... huhuhuuu... nostalgia masa muda.

    Asli, gw ngiri bgt sama t4 kuliah lu itu... -_-"

    BalasHapus
  6. jgn2 sifat korupsi sudah mendarah daging di Indonesia sampai lo bisa memerankannya dengan hehe :P

    BalasHapus
  7. Foto sunsetnya keren abis!!
    Ah bang Cipu merendah terus ni, pdhl englishnya jago. Kalau ga jago ga mgkn ke Aussie :D oiya, kelasnya asyik ya, di alam bebas, hahaha (yaiyalah jurusannya ttg lingkungan).

    BalasHapus
  8. BRAVO CIPU !!!!!!

    hehehe bukan karena berasal dari negara dengan tingkat emisi yang tinggi, tapi karena pasti Cipu udah lulus bahasa inggris iqro 24 !!!!!
    heheheheee....

    BalasHapus
  9. howdy mate?! hihihihi...

    just wanna drop by and say hi.

    ow, love this post :)

    -Jangtu-

    BalasHapus
  10. saya terkikik sendiri baca postingan ini. Cerita RPG nya indonesia bgt bgt, pasti bener tuh curhatan orang indonesia, dan bravo Cipu! hehehe

    sukses ya di negri orang, semoga bisa membuat indonesia bangga bukan karena korupsi, tp karena mahasiswanya yg pintar :)

    BalasHapus