Guide Gratis Yang Baik Hati (Part 1)

Sudah sejak lama saya memendam keinginan untuk bisa menginjakkan kaki di Thailand, terlebih Bangkok. Namun berkali-kali keinginan ini harus saya kuburkan karena memang nampaknya selalu saja ada halangan untuk bisa berkunjung ke ibukota Thailand ini. Terakhir, usaha saya berburu tiket murah ke Bangkok lagi lagi kandas karena ada saja anggaran tak terduga yang harus saya keluarkan dan menjadikan saya batal ke Bangkok. 

Sampai sekitar 2 bulan lalu, saya mendapat kabar penunjukan saya untuk mengikuti pelatihan selama seminggu di New Delhi, India. Saya girang bukan kepalang, karena India juga merupakan salah satu destinasi yang saya idam-idamkan. Apalagi sejak sahabat ngehe saya, Rini Raharjanti, mempublikasikan buku travel ke Indianya. Mulailah saya membuka kamus kamus berbahasa India dan sedikit belajar kosa kata sederhana seperti, "Mera naam Cipu he" (sambil menggoyang goyangkan kepala). Kalimat tadi artinya "Nama Saya Cipu", Saya juga mulai mengasah kemampuan Indlish (India English) saya yang kata teman-teman sudah semakin maju demikian pesatnya (baca: saya sudah bisa berbahasa Inggris aksen India). 

Namun takdir berkata lain (mohon bagian ini dibaca ala Insert Investigasi), karena suatu dan lain hal trainingnya dipindahkan ke Bangkok, pemirsa. Meski sedikit kecewa karena Bahasa India saya yang sudah Iqro' 2 tidak bisa dipraktekkan, saya toh di "reroute" ke Bangkok, destinasi idaman saya yang lain. 

Boleh dibilang perjalanan saya ke Bangkok kali ini, meski judulnya "training", tetap saja acara "jalan-jalan" hukumnya Fardhu Ain. Beruntung, saya memiliki beberapa teman Thailand hasil simbiosis saya dengan mereka selama di Saga (Jepang) dan Melbourne. Mereka siap menjadi guide gratis selama saya di Bangkok, namun saya juga kudu menyesuaikan jadwal dengan kegiatan kantor mereka. Hari-hari saya di Bangkok jadi dipenuhi janjian sana sini, dinner sana sini, ditraktir sana sini. Ah enaknya jadi tamu agung. 
Chulalongkorn University and my two amazing guides at Asiatique

Hari Pertama di Bangkok, saya sudah diajak jalan oleh teman-teman kelas saya di Melbourne dulu, Santikorn (dipanggil Santi) dan Patrapom (dipanggil Paul). Saya dan dua teman Indonesia digiring oleh Santi dan Paul ke Siam Paragon, saya yakin yang pernah ke Bangkok tidak asing dengan tempat ini. Saya juga diajak ke Chulalongkorn University, kampusnya si Paul yang katanya kampus terbaik dan tertua di Thailand. Jelas-jelas Chulalongkorn pasti bukan destinasi wisata para turis, but it always feels good to visit a non tourist place. Dari Chulalongkorn University, Paul mengangkut saya, Santi dan dua teman lainnya ke Asiatique untuk berbuka puasa. Alhamdulillah sesampai disana, ada festival makanan Thailand Selatan yang sudah digaransi halal oleh panitianya. Ramadhan Kareem. 

Dua hari  setelah itu. Santi mengajak jalan lagi. Begitu selesai training, saya langsung menuju ke Hua Lamphong untuk bertemu Santi. Santi sudah menunggu saya di Hua Lamphong saat saya keluar dari stasiun MRT. Saya diajak keliling stasiun Hua Lamphong. Ternyata saya diajak kesini karena stasiun Hua Lamphong adalah salah satu stasiun kereta tertua di Thailand. Kereta-kereta yang digunakan pun katanya masih merupakan kereta yang sama dengan kereta-kereta yang digunakan Santi 20 tahun lalu dari kampungnya di Selatan Thailand ke Bangkok. Santi selanjutnya mengatakan, "Cipu, I bring you here because I want you to see the other side of Bangkok. How people truly commute, apart from BTS and MRT". Saya cuman manggut manggut pura pura ngerti. 
The old yet crowded Hua Lamphong Station

Menjelang buka puasa, saya diajak Santi menuju ke Thip Samai, tempat makan Pad Thai yang katanya paling enak di Bangkok. Begitu kami tiba, antriannya sudah sangat panjang. Saya jadi berpikir, ini orang yanh ngantri jangan jangan pada mau buka puasa juga. Beruntung lokasi restoran pad thai ini ternyata berdekatan dengan beberapa tempat bersejarah seperti Monumen Demokrasi dan Loha Prasat. Daripada ngantri, Santi mengajak saya berkeliling terlebih dahulu sambil menjelaskan sejarah tugu demokrasi dan Loha Prasat. Saya lagi lagi manggut-manggut.

Setelah puas berkeliling, kami kembali ke Thip Samai dengan perut keroncongan sambil berharap ada kursi kosong untuk kami. Harapan kami terkabul, ada kursi kosong dua butir untuk kami. Dalam sekejap, Pad Thai yang katanya terenak di Bangkok itu terhidang di depan saya. Harus saya akui, Pad Thai yang ini memang enak sekali. Tak salah dijuluki sebagai the best Pad Thai in Bangkok. Saya hampir saja nombok kalau saja tidak segera sadar bahwa semua celana saya sudah mulai kekecilan (elus elus perut). 
Sunset at Loha Prasat, Democracy monument and Picture of King Rama IX

Kenyang dengan Pad Thai, saya diajak Santi berkeliling ke Anantha Samakhon Throne Hall yang kerap digunakan untuk kegiatan kegiatan kerajaan. Santi bercerita bahwa Raja nya saat ini, King Rama IX, sangat dicintai oleh rakyat Thailand karena perhatiannya terhadap kesehatan dan pendidikan, selain itu sosoknya juga sangat bersahaja. Saya jadi tiba-tiba ingat Sultan di Yogya. Santi sempat berhenti sejenak memanjatkan doa di depan patung Rama V yang berdiri kokoh di depan bangunan berarsitektur Eropa ini. Saya juga diajak melihat kantor PBB Regional dan melintasi Rama Bridge di malam hari. Malam itu, diakhiri dengan makan es krim di gang sempit yang katanya menjadi tempat nongkrong murah meriah mahasiswa/i Chulalongkorn University. Meski lokasinya sederhana, tempat ini juga ramai dikunjungi kalangan muda-mudi dan wisatawan mancanegara (baca: bule). Eh, saya pas di Bangkok juga masuk kategori Wisatawan Mancanegara kan? Hahahahaha. 
Best pad thai in town (Thip Samai), delicious ice cream and mamak mamak making sweets 

Dalam semalam, saya sudah diajak ke tempat tempat menarik oleh si Santi. Saya jadi melihat sisi lain Bangkok selain Istana dan Kuil nya. Sebelum berpisah, Santi yang sudah sangat baik menjadi supir dan guide yang handal malam itu, masih minta maaf karena tidak bisa menemani saya setiap hari di Bangkok. Ah santai lah Bro, kali saja saya berjodoh bisa bekerja di Bangkok, saya akan senang hati menjadi turis kalau guidenya si Santi. 


12 komentar
  1. nice kak....enaknya klo kerjaan mendukung hobi traveling. hmmnspt nya yarus belajar dr kakak...gimana cr menikmati kerja/dinas/training sambil traveling.

    BalasHapus
  2. judulnya, dream comes true yaah Kak..

    jalan2 ke destinasi impian, plus gratis kan ini?

    punya guide, dibawa jalan2 dan ditraktir ama guidenya pula, smuaa gratiiis. how lucky you're Kak :)

    BalasHapus
  3. Jadi sebetulnya Pad Thai itu makanan kayak gimana?

    BalasHapus
  4. Kayaknya lebih banyak jalan2nya ya drpd trainingnya

    BalasHapus
  5. seia-sekata dengan mila (~.~")

    BalasHapus
  6. @diah alsa
    Iya I was the luckiest man on earth

    BalasHapus
  7. wish my life as fun as you

    BalasHapus
  8. Ramadan kyknya gak ngefek sama bodimu hahah *kabuurr

    eh, itu iqro' nya dikhatamin yaa :P

    BalasHapus
  9. seruu banget deh kalo denger cerita dikau n mila jalan2 kesana kemari.
    sempet terkejut aja, ternyata disana ada juga tempat makanan halal. ahahaha *dasar calon turis katro*

    eh iya, bener kata mbak maya, iqronya dikhatamin dong. wakakakak

    BalasHapus
  10. Setuju banget itu Thip Samai itu memang Pad Thai paling enak seduniaaa...sampe masuk ke acara kuliner di Asian Food Channel kok.

    BalasHapus
  11. Mudah2an kak cipu berjodoh bekerja di bangkok, jd kalo ke sana gw bisa di-host #eh #salahfokus

    BalasHapus
  12. Cipu udah kelar ya di Aussie? Sekarang kerja dimana?

    BalasHapus