My First Trail Run

Meski sudah malang melintang di dunia perlarian selama beberapa bulan, saya belum pernah punya niat untuk ikut yang namanya trail run a.k.a lari lintas alam. Alasannya sederhana, kaki kiri saya pernah keseleo parah sampai saya ngesot beberapa hari dan jalan pincang dua minggu gara gara sok sok jumping smash saat main badminton. Untungnya saat itu, saya lagi libur kuliah jadi tidak perlu khawatir tentang PR dan tugas. Sejak kejadian itu, kaki kiri saya menjadi sangat gampang keseleo saat menjejak di bidang yang miring. Tercatat beberapa keseleo susulan yang menimpa saya setelah itu, beberapa diantaranya mengharuskan saya work from home karena saya tidak bisa ngantor. Alasan inilah yang menjadi penyebab mengapa saya tidak pernah mendaftar trail run, saya kapok keseleo.

Akhir Agustus, Mr Singh, teman lari yang selalu bertemu saya di setiap race yang saya ikuti, mengirimkan pesan bahwa pertengahan September akan ada trail run di taman nasional Salak Halimun. Mr Singh sudah mendaftar dan mencoba mengompori saya untuk ikut. Saya mencoba konfirmasi ke teman saya yang lain, Mbak Rima, yang juga senang ikut trail run, ternyata Mbak Rima juga sudah daftar dan ikut ngomporin. Segera saya menghubungi panitianya dan memang ternyata masih ada slot. Fix.... Saya ikut Jungle Marathon Party di Taman Nasional Salak Halimun.
Trail Run Provokator No.1: Mr Singh

Trail run provokator no.2: Mbak Rima

Ternyata persiapan untuk trail run pun tidak sedikit. Setelah kontak kesana kemari, peralatan untuk trail run ternyata banyak. Makin keder dengan trail run pas mendengarkan perlengkapan-perlengkapan yang dibawa: hydration pack (tas untuk membawa air/botol air), celana panjang kompresi (biar gak tergores dahan), topi (biar gak item), sepatu khusus trail dan bermacam aksesoris lainnya. Saya ga punya satupun dan kondisi keuangan sedang tidak memungkinkan untuk membeli semua hal tersebut. So I go for shoes and hydration pack, itu pun membeli yang paling murah dan diskon hahahahah (pelitnya keluar).
My trail run gear
Saat hari H tiba, para peserta trail run dari Cibubur berkumpul di Cibubur Junction pukul 7 pagi. Trail run nya dimulai pukul 11 siang di dekat pintu masuk Taman Nasional Salak Halimun. Jam 8 kami bertolak dari Cibubur menuju ke lokasi trail. Mobil yang saya tumpangi tiba di lokasi sekitar 40 menit sebelum trail run dimulai. Agak telat nyampenya, maklum nyasarnya banyak hahahahah. Berhubung saya dan teman-teman Cibubur ikut yang 15K, jadi kami masih ada waktu buat stretching dan menyapa teman teman trail runner lain (halah berasa artis terkenal). Jam 11 teng, peserta 21 K meninggalkan garis start masuk ke hutan. Selang 20 menit kemudian, kami yang ikut 15 K mulai berlari. Tujuan saya ikut trail run kali ini hanya ingin tahu saja bagaimana rasanya trail run tanpa kena cedera. Bisa selesai saja sudah syukur.
Ready to Rumble
Trail run ternyata memang beda dengan lari biasa. Di kilometer pertama saja, kami sudah harus melalui jalur menurun yang curam, melintasi sungai dan menanjak menuju areal persawahan, melewati beberapa rumah penduduk setelah itu masuk hutan lagi. Masuk hutan jalurnya normal lagi, maksudnya menanjak curam dan menurun curam silih berganti. Jadi berasa seperti ninja hattori: mendaki gunung lewat di lembah sungai mengalir indah ke samudera. Moda pergerakan saya yang rencananya mau lari terpaksa harus berubah karena medannya ternyata tidak seperti yang saya bayangkan, saya merubahnya menjadi ngesot, jalan dan sambil pegangan ke semak-semak di beberapa jalur menurun yang curam.
Jalur landai di hutan

Cieeh foto sama bule, cieeh (abaikan pembacaan nike runningnya, itu error)

Memasuki kilometer ketiga, tracknya berubah datar dan kami menyusuri kanal air yang terbuat dari tumpukan batu kali dan semen. Meski jalurnya datar, pijakan yang tersedia hanya cukup untuk satu kaki saja, jadi lagi lagi kebanyakan peserta tidak memilih lari, ntar malah nyungsep ke kanal dan basah kuyup. Saya memilih jalan cepat mengikuti kecepatan peserta di depan saya. Di ujung kanal, track nya memasuki jalur setapak dengan semak setinggi dua meter-an. Saya mulai mempercepat pace saya dan mulai merasa rileks setelah berjalan selama 1 km di jalur datar. Saya berlari sambil memperhatikan arah pijakan karena saya harus memastikan kaki kiri saya mendarat di permukaan yang cukup rata. Saat meninggalkan kanal, saya sangat senang karena permukaan setapaknya dipenuhi dengan rumput dengan permukaan yang cukup rata. Sayangnya, kaki kiri saya menjejak ke sebuah lubang kecil yang tertutup rumput. KREEEKKK, terdengar bunyi dari pergelangan kaki saya saat kaki saya menapak miring di lubang tadi. Saya sontak terduduk sambil mengerang kesakitan. Peserta-peserta di belakang saya berhenti dan membantu saya berdiri. Karena gak ingin merepotkan mereka, saya meminta mereka berlari duluan sambil memastikan ke mereka kalau saya gak apa-apa. Saya berdiri dan merasakan sedikit nyeri di pergelangan kaki setiap kali saya melangkah. Saya memaksakan maju dan mulai berlari kecil sambil terpincang-pincang.

Meski masih terpincang-pincang saya tetap bisa mengikuti peserta yang lari di depan saya. Memasuki kilometer kelima, kami masih berada di lintasan setapak semak-semak. Dan kaki kiri saya kecengklek lagi, saya terjatuh dan sempat berguling-guling kesakitan. Dua orang peserta yang kebetulan lewat, menghampiri saya untuk memberikan pertolongan, mereka mulai menarik kaki saya, mendorong telapak kaki saya sampai rasa sakitnya berkurang. Saya mulai bergerak lagi dengan berjalan tertatih, setelah beberapa menit saya mulai berjalan cepat meski pergelangan kaki saya terasa senut-senut. Jangan tanya muka saya saat itu, pasti meringis kesakitan.
the easy part
Di kilometer keenam, saya bisa catch up dengan pelari-pelari lainnya yang berhenti karena bingung dengan penunjuk jalan yang tidak kelihatan (baca: tersesat). Para pelari berkumpul sambil menunggu penunjuk jalan. Beberapa mulai selfie, berkenalan dengan pelari yang lain. Saya memanfaatkan kesempatan itu untuk membuka sepatu untuk melihat kondisi kaki saya. Mr Singh berusaha memastikan kaki saya baik baik saja. Pergelangan kaki saya masih belum bengkak saat itu, namun rasanya nyeri setiap kali berjalan. Untungnya mbak Sasti, dari Cibubur Runners, membawa pain relieve spray yang segera digunakan di pergelangan kaki saya. Mendapatkan sensasi dingin di kaki, sepertinya memberi mood yang baik untuk pergelangan kaki saya (Really thanks to Mbak Sasti for the spray). Perjalanan menyusuri hutan dilanjutkan. Saya akhirnya berjalan cepat demi keamanan kaki kiri saya. Meski jalurnya melelahkan, setiap langkah sepertinya terbayar dengan banyak nya pemandangan alam yang indah yang kami lalui. Saya mulai menikmati perjalanan meski harus dilewati oleh pelari lain. Tak berapa lama berjalan, di depan saya ada peserta yang juga keseleo. Ternyata peserta tersebut adalah peserta yang menolong saya tadi. Saya menunggui dia hingga kakinya selesai dibebat oleh peserta lain. Setelah memastikan dia bisa lanjut berjalan, saya lanjut berjalan. Sepanjang race, para peserta jadinya banyak yang berkenalan dan membentuk tim untuk bisa saling mendukung satu sama lain.
Run Cipu Run
Memasuki daerah tanjakan biasanya saya bisa menyusul peserta lain, namun saat lintasannya menurun, saya tidak bisa cepat karena khawatir terpeleset dan kena keseleo jilid ketiga. BIG NO... twice was more than enough. Untungnya setelah keseleo kedua kalinya, Mbak Rima selalu berada di depan atau belakang saya.

Memasuki kilometer 9, kami tiba di pos panitia dan mendapat sajian pisang dan minuman. Saya hanya berhenti sejenak untuk makan pisang sebiji dan memasukkan air ke hydration pack saya. Saya meninggalkan Mbak Rima di pos ini karena mbak Rima ingin menunggu adiknya. Saya jadinya berlari/berjalan sendiri. Setelah kilometer 9, jalurnya mulai landai dan kebanyakan menurun. Di kilometer 12 dan 13, kami memasuki perkampungan. Tiga orang anak kecil meneriaki saya "Mister, Mister, Mister" saat saya melewati perkampungan mereka. Saya berhenti sejenak dan berkenalan dengan mereka. Saat saya tanya "Bastian mau foto bareng Om gak?",  Bastian dan saudarinya langsung mengangguk. Mereka kegirangan saat mereka melihat foto mereka di hape saya.
Picture with Bastian and friends

Sisa perjalanan menuju garis finish sudah lebih bersahabat. Menjelang garis finish, saya melewati sebuah jalur aneh. Setapak yang terdiri dari bambu-bambu yang membentuk sebuah jalur terowongan bambu. Saat melewati tempat ini, saya sempat bergidik sambil mempercepat langkah. Tak berapa lama, garis finish sudah mulai kelihatan. Saya mempercepat pace lari demi menghormati sebuah slogan "FINISH STRONG". Artinya: gak penting apa yang anda lalui selama race, pastikan bahwa anda nampak kuat berlari saat memasuki garis finish (for the sake of victory picture hahahaha).

Memasuki finish, saya baru merasa capek tiada tara tapi juga bahagia tak terhingga (lebay mode). I did a trail run.... YESSSS.  Begitu membuka sepatu, pergelangan kaki saya sudah bengkak. Tim medis segera mengompres dan membebat kaki saya. Setelah itu, rasa sakitnya baru benar-benar terasa. Saya jalannya sambil menyeret kaki dan paha terasa sangat sakit saat menuruni tangga. Meski saya menyelesaikan race dalam waktu 3 jam 50 menit (kira kira segitu), saya tetap merasa sangat senang bisa selesai meski dengan bonus kaki diperban. Seperti prediksi teman-teman, Trail Running itu menyakitkan, tapi NAGIH. Saya mau lagi, tapi tunggu kaki saya sembuh dulu. (Sambil nabung buat beli sepatu trail yang bisa menyokong ankle).

Fix me, Mister
Kira-kira, beginilah isi kepala saya di setiap tahapan Jungle Marathon Party 15K ini:

  • Km 1 - km 5: Gila, gua bodoh banget yah mau daftar ginian. Ini mah bukan trail running, ini hiking. I regret my decision signing in this race.  
  • Km 5-10: Ayo Cipu kamu bisa. Jalan aja, gak usah mikirin kapan race ini akan berakhir. Bentar lagi stop point, jadi bisa makan pisang dan minum teh manis. 
  • Km 10-15: Ah sudah hampir sampai. Sepertinya trail run itu menyenangkan. Ntar kalau ada lagi daftar lagi ah. Ntar cari sepatu trail yang bagusan ah.....  (edisi gak kapok). 
To all my Cibubur Runner mates, thanks for the great race day yah.....
Cibubur's happy team

With Cibubur's Tough Ladies









13 komentar
  1. Jangan lupa ngunyah gula merah, biar kuaatt larinyaa..haha

    BalasHapus
  2. Nekat bangey mas Cipu. Ngak kapok kapok.
    Oh ya, trak nya lewat kebun teh ngak mas Cipu ?

    BalasHapus
  3. seru banget ini :D harus sering-sering event ini dilakukan, mungkin di Jambi boleh mencontohnya

    BalasHapus
  4. kapan-kapan pengen coba ikutan trail run juga ah~ seru keknya :D

    BalasHapus
  5. saya hampir tiap hari lari mas.... lari dari kenyataan hahahahaha

    BalasHapus
  6. persis Cip pas gw ikutan trail pertama... 2 kilo pertama ngeluhnya banyak amat. kok gw bodoh amat ikutan ginian. wakakakakakaka... pertengahan lebih nyantai, diujung walaupun kram tapi semangat dan yakin buat ikutan lagi. wakakakakaka

    BalasHapus
  7. ayo latihan trail run di bandung, dari taman hutan raya dago ke maribaya

    BalasHapus
  8. Cipuuu selamat ya atas terbit buku travelernya.
    Keren banget.

    BTW cip, kalo keseleonya kambuhan berarti keseleo yang awal itu pengobatannya belum tuntas. Coba deh ke dukun patah alias org yg ngerti urut keseleo gitu, supaya tuntas Dan kambuhan lagi.

    Salut deh dengan keadaan kaki yg kurang nyaman masih bisa finish. Kalo saya mungkin duduk manis aja di post pemberentian sembari ngabarin bendera putih. Huahaha ya emang aja saya ga kuat lari :p

    Satu lagi, itu salak halimun deket dong ya kalo perjalanan cuma 40menit?! Dimana sih?

    BalasHapus
  9. pengen nich di coba sekali"
    sepertinya sangat menyenangkan

    BalasHapus
  10. sebelum ikut event ini harus sering olahraga nih. biar gk sakit kaki nya. hahaha

    BalasHapus
  11. trail run?
    klo trail walk ada ngga yaaa.... eh itu mah hiking hehehehe..

    BalasHapus
  12. luar biasa mas cipuuu
    aku bertahun tahun join di komunitas running ga berani bin agak malas kalau ikutan trail run,temen aku baik cewek atau cowok ada yang semangat banget ikutan rutin. aku yang nggak pernah ikut trail run, tapi malah mau ikut bali maraton, bijimana ini hahahaha.
    dulu mungkin keseringan lari, jadi lutut kaki kiri ini kalau dibuat lari terus agak pegel gitu, jadi kalau lari biasa pun, mesti ada jalan cepatnya juga, kayak cedera lutut.

    BalasHapus