Being Aliens in Yunnan

Saya dan istri awalnya berpikir bahwa kendala bahasa di Vietnam adalah kendala yang terberat. Berhubung setelah ke Vietnam kami lanjut ke China, saya sih tenang tenang saja. Saya pikir banyak kok teman-teman saya di Indonesia yang sudah pernah ke China dan jarang yang komplain tentang bahasa selama perjalanan mereka di China. Jadi saya sudah menganggap bahwa perjalanan ke China akan menjadi perjalanan yang no problemo selama saya bisa bercakap bahasa Inggris.
Mu Mansion, Lijiang, Yunnan Province
Anggapan saya tentang kemudahan berbahasa Inggris di China mulai memudar saat saya mendarat di Bandara Internasional Changshui, Kunming di Provinsi Yunnan. Hah? Yunnan? Bukan Shanghai atau Beijing atau Guangzhou? Yah saya dan istri memutuskan untuk berwisata ke Provinsi Yunnan. Mengapa tidak ke destinasi destinasi utama orang orang ke China? Jawaban saya sederhana "Kenapa tidak?". Saya dan istri sebenarnya penasaran saja dengan Provinsi Yunnan, terutama Lijiang, setelah melakukan sedikit browsing tentang China.

"Take me to Kunming Railway Station"

Ruang Sholat di Bandara Changshui, Kunming
Syukurnya di Bandara Changshui, kami sangat terbantu dengan ruang sholat yang disediakan oleh Bandara di terminal kedatangan. Jadi gak ketinggalan sholat dzuhur dan ashar. Kebingungan dimulai saat saya mencari bus bandara yang akan mengantar kami ke pusat kota di dekat stasiun kereta Kunming (hotel tempat kami menginap terletak 300 meter dari Kunming Railway Station). Saya harus bertanya beberapa kali ke beberapa orang untuk mengetahui lokasi penjualan tiket busnya. Rata-rata petugas yang kami hampiri langsung pucat saat mendengar kami bertanya dalam Bahasa Inggris. Tibalah saya di depan konter penjualan tiket bus, yang disambut dengan pucat oleh si Mbak penjual karcis. Si Mbak nampaknya tegang setiap kali menerima pelanggan asing. Berhubung ada beberapa bus bandara yang dimulai dari 919 A sampai 919 E, saya mulai bertanya dalam Bahasa Inggris dengan grammar terbaik saya, suara sedikit lantang dan sejelas mungkin.

Saya yang tak bisa Bahasa Mandarin (SYTBBM) "Excuse me, which bus depart to Kunming Railway Station?".

Si Mbak Penjual Karcis (SMPK): (wajah pucat pasi)

SYTBBM: "Kunming Railway Station?"

Tujuan kami: Kunming Railway Station
SMPK makin pucat pasi. Saya segera menyodorkan alamat hotel tempat kami nginap, yang makin membuat SMPK makin bingung. Rupanya kalau menanyakan alamat disana lebih baik menanyakan alamatnya menggunakan alamat pake tulisan kanji daripada alamatnya pake huruf abcde. Alamat yang saya sodorkan menggunakan aksara latin yang sukses membuat SMPK mengernyitkan kening. Dalam kondisi seperti ini, paling gampang menggunakan layanan terjemahan di hape, sayangnya saya sama istri memang tidak mengakstifkan layanan internet selama traveling, kami hanya mengakses internet saat ada wifi.  Mungkin bagi sebagian orang yang travel, begitu tiba di sebuah negara, hal pertama yang dilakukan adalah membeli kartu SIM agar bisa segera mengaktivasi layanan internet dan mengupload lokasi. Kami berusaha menikmati perjalanan tanpa harus terlalu sering mengecek hape, quality time lah kira kira namanya (tsssaaah).

Untungnya ada teman SMPK yang membantu mengecek alamat dan akhirnya menunjukkan bus 919C untuk tiba di Kunming Railway Station. Saya bernapas lega.

"How much?", tanya saya.

SMPK (masih dengan wajah pucat pasi): "Hah?"

Saya mengeluarkan beberapa lembar Yuan memberi tanda mau bayar.

SMPK segera tersenyum sambil menyodorkan kalkulator yang tertera angka 13 sambil berkata "thirty" (Baca: zeeti)

Sempet bingung juga, nih mbak gimana sih, nyodorin angka 13 tapi bilangnya thirty. Tapi saya lebih percaya pada apa yang tertera daripada yang terucap. Jadilah saya membayar 26 Yuan untuk berdua. Syukurlah, kami tiba dengan selamat dan tanpa tersesat di tempat tujuan.

"Tumis Kangkung, please!!"

Salah satu warung Halal di Kunming
Salah satu keuntungan berwisata di Provinsi Yunnan adalah ada sedikit kemudahan untuk mendapatkan restoran halal. Saat berada di Kunming, kami tidak kesulitan menemukan restoran halal dengan harga yang murah dan menu yang enak. Pun saat berkunjung ke Lijiang, terdapat tiga warung halal yang terletak di dekat hotel tempat saya menginap. Yang unik dari warung-warung halal di Lijiang adalah warung-warung ini mendisplay (baca: menggantung) daging yak beku yang mereka jual di langit langit sekeliling warung , selain itu jenis sayuran dan daging yang akan dipilih juga didisplay di lemari pendingin. Jadi pelanggan yang mau memesan tinggal memesan jenis sayuran dan daging yang mereka inginkan untuk dimasak oleh koki nya.

Untuk urusan makanan, saya percayakan sepenuhnya kepada istri saya. Saya membiarkan dia memilih menu setiap kali kami memasuki warung halal. Siang itu, seusai mengelilingi Lijiang Old Town, kami yang kelaparan terdampar di depan sebuah warung halal yang cukup ramai. Warung ini digawangi oleh seorang ibu dan anaknya. Si Ibu bertugas sebagai juru masak dan anak gadisnya sebagai penerima order. Saat kami masuk, kami digiring ke lemari display berisi jenis sayuran dan daging untuk memilih.

"Is this beef? yak? or lamb?" saya bertanya dalam bahasa Inggris yang disambut dengan senyum si anak gadis. Kami berpikir sepertinya si anak gadis mengerti nih pertanyaan kami. Si anak gadispun menimpali: "Hau siang hau siang he ni cai yi ci", sebenarnya gak bilang gitu sih, cuman si anak gadis inipun menjelaskan dalam bahasa Mandarin yang panjang, bahasa Hau Siang Hau Siang lah kira kira.

Saya mengulang pertanyaan "Beef? Yak? or Lamb?". Yang dibalas dengan bahasa Hau siang hau siang yang makin panjang. Cape deh.

Gelas dan mangkoknya pun ada label halal
Ini nih yang namanya Bhinneka Bhinneka Ika, artinya berbeda-beda yang tetap berbeda, gak bakal satu hahahaha. Percakapan kami berakhir dengan keheningan, saling berpikir gimana caranya yah biar dia ngerti. Karena komunikasi kami mandeg, si anak gadis memanggil ibunya untuk menghandle langsung pelanggan SEpesial dari Indonesia ini. Saya pikir ibunya nih mungkin lebih berpengalaman menghandle orang asing.

Si Ibu menghampiri kami "Hau siang hau siang he ni cai yi ci". Jyaaah bahasa Hau Siang Hau Siang lagi. Ucapan si Ibu seolah olah ejekan buat saya "Mangkanye kalo mau ke China, gak usah sok sok travel tanpa travel agent dan ga belajar Mandarin".

Berhubung komunikasi kami makin gak jelas, akhirnya sang istri mengambil alih percakapan. Nyonya saya ini langsung menunjuk sayur kangkung, (sepertinya) daging sapi, dan jamur. Si Ibu pemilik warung manggut-manggut, mungkin sambil mikir "makanya Mas ga usah bacot kalo ga bisa Mandarin, noh istrinya bisa action tanpa banyak bacot".

Setelah tiga bahan tadi dicatet oleh si ibu, istri saya menambahkan "Can you stir fry them?".

Si Ibu melongo.

Istri saya; (memperagakan gerakan menumis dengan tangkas).

Si Ibu langsung sumringah dan mengangguk angguk tanda mengerti. Saya membatin "wanita memang punya bahasa dapur yang universal yah".

Tiba tiba si ibu mengernyit, "Meiyo....... Hau siang hau siang he ni cai yi" sambil nunjuk nunjuk ke bahan bahan yang tadi kami pilih dan menjelaskan dalam bahasa Hau Siang Hau Siang. Nah loh mati saya, saya mana ngerti bahasanya. Orang ngitung pake bahasa Mandarin saja saya gak mudeng, apalagi bahasa Mandarin di dapur. 

"Neng, kamu ngerti gak si ibu bilang apa?", saya bertanya serius ke istri.

"Iya, si Ibu bilang kangkung memang cocoknya ditumis sama daging sapi, tapi gak cocok kalo ditambahkan jamur", jawab istri saya dengan tenang. Saya makin takjub, gila nih bini gua udah paham bahasa Mandarin.

Istri saya memberi isyarat OK untuk mengeliminasi jamur dari menu tumis kangkung daging sapi kami. "Oke Bu, ndak usah mi pake jamur" kata Istri dalam bahasa Indonesia aksen Makassar. Si Ibu mengangguk dan senyum. Saya makin heran, nih ibu aneh juga, saya ngomong Enggres dianya ga ngerti, giliran istri saya ngomong Indonesia, pake aksen Makassar pulak, eh dianya ngerti. Si Ibu bergegas ke dapur, mungkin abis itu minum puyer karena pusing dapat pelanggan seperti saya.

10 menit kemudian, dua mangkuk nasi dan tumis kangkung sapi telah terhidang di meja kami.

Bahasa Dapur memang Universal yah.       
16 komentar
  1. China emang gila deh kalo soal bahasa. Orang gua tanya toilet malah ditunjukin apotek #sigh *keringatdingin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mbak Riffa, mungkin lu mukanya bukan muka kebelet mbak, tapi muka disakiti #loh

      Hapus
  2. huahahhaa kereenn bs melancong smpe ke Yunnan, dan g ad bekal bahasa hau siang hau siang wkkk gokil bgt sih kak cipu��

    BalasHapus
    Balasan
    1. Intan, iyah saya sama istri juga takjub kok bisa yah kami survive pake bahasa Tarzan

      Hapus
  3. saya pengen berlibur ke china, cuma saya tidak bisa berbahas amndarin gan..gimana ya ..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kami juga ga bisa mandarin kok mas,cuman bisa xie xie saja :D

      Hapus
  4. hahaha ... saya ngakak yang bahasa dapur itu :D

    BalasHapus
  5. Takjub dengan banyaknya resto halal di yunnan. kayaknya lebih better thai dalam segi bahasa inggris ya dibanding cina (?), ahh syudahlah kl nanti ke cina bawa kamus percakapan sehari-hari aja hahaha.. ogah riweuh :D

    BalasHapus
  6. Kalau di Thailand mending mbak Dev, di tempat tempat wisata masih banyak yang bisa berbahasa inggris standar. Di Yunnan, hal ini jarang ditemukan, bahkan di tempat tempat wisata

    BalasHapus
  7. wkwkwkwkwk, aku ngakak nih bacanya :D.. hebat ya istrimu, plus bahasa kalbu kayaknya ;p.. dulu aku ke china cuma ke beijing sih, jd ga parah2 amat kendala bahasanya... jd penasaran mau tau kota2 china yg lain :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bahasa dapur memang bahasa universal mbak. Aku aja takjub istri dan si ibu pedagangnya bisa saling memahami :D

      Hapus
  8. Huahahaha kirain bahasa cinta aja yg universal. Ternyata, bahasa dapur itu juga universal.
    Btw aku kira dikau bisa mandarin karena sering ke china gitu.
    Mohon maaf lahir bathin juga yooo. Salam untuk nyonya cipu :)

    Ini ceritanya ttg lari mulu, mana dong cerita kentjannya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ini mau tau APA mau tau banget mbak? Hhahaahahah

      Hapus
  9. Bawahahaha... saya ngekek banget pas Mbaknya ngomong Makassar.

    Btw itu hau siang hau siang lagu zaman Bang Cipu masih remaja 'kan? Hahahaha

    BalasHapus
  10. wkwkwkwkwk yampunnn
    hau siang hau siang pale peyang kalo tiap ngomong dijawab begini
    ini namanya makan pakpaktung, mujur kalo yang dimakan daging sapi, kalau yang dimakan daging sebaliknya , ya pasrah akhirnya ehehe

    BalasHapus