Sejak menikah, saya jadi ketularan istri menjadi badminton lover alias pecinta bulu tangkis Indonesia. Dulu-dulu saat masih SD dan menginjak bangku SMP sebenarnya saya sudah sangat mencintai olahraga bulutangkis. Dari zaman-zaman persaingan antara Ardi B Wiranata dengan Alan Budi Kusuma serta final monumental Susi Susanti dengan Bang So Hyun di Olimpiade Barcelona, hingga munculnya suksesor bulu tangkis Indonesia kala itu, sebut saja Hariyanto Arbi, Mia Audina, hingga Taufiq Hidayat. Namun, mungkin karena makin tenggelam dengan kegiatan sekolah saat SMA, lanjut dengan zaman kuliah yang makin sibuk, bulutangkis terabaikan dari perhatian saya. Saya pun makin asing dengan pemain-pemain tangkis Indonesia.
Perkenalan kembali saya dengan perkembangan bulutangkis Indonesia dimulai saat saya dekat dengan istri (saat itu statusnya masih calon istri). (Calon) istri kala itu sangat getol menyaksikan pertandingan bulutangkis di layar kaca, bahkan tak jarang kami menghabiskan weekend di depan tivi sambil teriak-teriak memberi dukungan kepada para pemain Indonesia yang berlaga di pelbagai turnamen internasional. Saya jadi mulai familiar dengan nama-nama pemain bulutangkis Indonesia, sebut saja Owi/Butet, Nitya/Greysia, Ahsan/Hendra, Praveen/Debby, Tommy Sugiarto, dll. Saat Indonesia Open digelar di Indonesia pun, kami pasti menyempatkan sehari untuk menonton langsung pertandingan. Menonton langsung pertandingan di Istora memang memberikan sensasi tersendiri, teriakan dan energi suporter Indonesia yang tak habis-habisnya mungkin menjadi penyebab mengapa bertanding di Istora menjadi impian setiap para pemain bulutangkis seluruh dunia.
Keinginan untuk hadir dan turut ramai di Indonesia Open akhirnya harus kami redam selama dua tahun terakhir, sejak kelahiran putra kami. Rasanya tak mungkin membawa batita dalam gemuruhnya penonton Istora. Pahitnya lagi, semakin minim stasiun televisi yang mengambil hak siar pertandingan-pertandingan bulutangkis internasional saat kami ingin menyaksikan pertandingan via tivi. Akhirnya, pilihan terakhir untuk menonton adalah streaming. Dan jika jaringan sedang lemot, terpaksa saya dan istri cuma bisa mantengin twitter bulutangkis atau live score bulutangkis via website. Itupun sudah bisa bikin kami cukup senang, apalagi jika para pemain kita bisa meraih gelar. Lebih senang lagi, kalau bisa nonton badminton langsung sih, tapi tunggu baby K gedean dikit lah biar bisa boyong keluarga nonton bulutangkis.
*****
Keinginan saya untuk menyaksikan pertandingan bulutangkis skala internasional akhirnya terwujud. Bagaimana ceritanya? Bermula dari acara outing kantor ke Hong Kong dan Macau yang dilangsungkan pada tanggal 17-20 November 2018 (halah kayak kawinan pake kata "dilangsungkan" hahahah). Saat mengecek tanggal outing, saya langsung ngeh kalau tanggal tersebut pas dengan waktu penyelenggaraan Hong Kong S500 yang dilaksanakan pada tanggal 13-18 November 2018. Meski tidak bisa menyaksikan babak babak awal, setidaknya dengan jadwal yang ada, saya tetap bisa menyaksikan babak semi final dan final (17 dan 18 November). Meski saya ngeh dengan kondisi ini, saya belum tergerak untuk membeli tiket masuk Hongkong S500 mengingat saya belum memiliki gambaran pukul berapa acara outingnya akan selesai. Saya masih percaya bahwa saya bisa dapat tiket dengan go-show, jadi buat apa booking tiket. Takutnya sudah beli tiket semi-final dan final, malah gak ada wakil Indonesia yang lolos ke babak itu. Bisa rugi kan?
Saya dan rombongan outing tiba di Hong Kong pada tanggal 17 November pagi dan langsung berkeliling kota tanpa sempat mandi, namun kami tetap wangi (dijamin). Ternyata di hari pertama, kami bisa tiba di hotel sebelum pukul 7 petang. Kebetulan, laga semi-final memang dibagi menjadi dua, yaitu laga awal yang dimulai pada pukul 12 siang dan laga akhir yang dimulai pukul 6.30 petang. Ada satu wakil ganda putra Indonesia yang bermain di laga awal yaitu Fajar/Rian. Sedangkan, ada tiga wakil Indonesia yang bermain di laga akhir yaitu Kevin/Marcus yang akan menghadapi teman sekaligus senior sendiri yaitu Ahsan/Hendra, serta Greysia Polii/Apriani yang akan menghadapi ganda nomor satu dunia asal Jepang, Yuki Fukushima/Sayaka Hirota.
Badminton Lovers (BL) yang belum mandi |
Bersama dengan Santo dan Pak Nardi, dua rekan kantor yang juga penggila badminton, saya segera meninggalkan hotel untuk menuju ke stasiun MRT. Kami bertiga boleh dibilang sangat tak sabar untuk segera menyaksikan pertandingan serta memberi dukungan kepada para pemain Indonesia yang akan bertanding. Apalagi ini kali pertama kami menyaksikan bulutangkis di luar negeri. Itung-itung go-internesyenel lah nonton bulutangkisnya.
Saat kami meninggalkan hotel, pertandingan pertama Greysia/Apriani melawan Yuki/Sayaka telah dimulai. MRT yang membawa kami menuju ke venue pertandingan terasa berjalan sangat lambat, berkali-kali kami bertiga mengecek telepon genggam kami untuk melihat update score, sembari berharap agar bisa menyaksikan langsung sisa pertandingan Greysia/Apri. Begitu tiba di venue pertandingan, kami segera menuju ke loket tiket. Syukurnya, tidak ada antrian, dan kami bisa mendapatkan tiket. Kami bertiga langsung menghambur masuk ke venue pertandingan dan segera menempati bangku yang kosong. Nampak Greysia/Apri dalam balutan hitam sedang bermandi peluh menghadapi Ganda Jepang nomer wahid dunina. Kami langsung teriak " IN-DO-NE-SIA" ala Istora, berharap akan ada prok prok prok khas seperti para penonton di Istora, ternyata yang ada para penonton lain menoleh ke kami bertiga dengan tatapan seribu jarum, seolah ingin berkata "Berisik Lu". Untungnya kami cuek saja, kami terus meneriakkan INDONESIA meski tidak didukung tepokan oleh 97,678345677% penonton lain di Hong Kong Coliseum.
Greysia/Apriani vs Yuki/Sayaka |
Pasangan ganda putri Jepang nampaknya memang masih terlalu tangguh buat Greysia/Apri, ganda putri andalan kita ini harus menelah kekalahan setelah berjuang selama 3 set. Begitu Greysia/Apri kalah, anak-anak yang duduk dekat kami teriak "INDONESIA" abis itu ketawa nyindir. Pengen dijitak yah ini bocah semua hahahaha. Ya sudahlah. Setelah pertarungan ganda putri, masih ada pertandingan tunggal putra dan tunggal putri sebelum masuk ke all-Indonesian semi final ganda putra antara Minions (Kevin/Gideon) vs Daddies (Ahsan/Hendra). Tadinya kami berpikir bakal pulang larut malam karena masih ada dua pertandingan tunggal sebelum laga Minions vs Daddies, sudah tahu kan kalau permainan tunggal bisa lama banget, apalagi kalau sudah main sampai 3 set. Durasinya serasa sewindu. Ternyata kekhawatiran kami pulang larut dijawab Tuhan dengan pertandingan tunggal putra yang cuma dua set serta mundurnya pemain tunggal putri yaitu Tai Tzu Ying karena cedera.
Duel Minions vs Daddies pun lebih cepat dari perkiraan kami. Duel ini sudah pasti dinanti-nanti, para penonton di Hong Kong tentunya penasaran ingin melihat sepak terjang Minion yang beranggotakan si tangan petir Kevin dan si senyum matahari Gideon. Pun dengan Ahsan/Hendra yang sudah malang melintang didunia persilatan laga ganda putra elit dunia. Pertandingannya sudah pasti seru, adu cepat dan adu strategi dipertontonkan oleh kedua ganda putra Indonesia ini. Beberapa kali pukulan pukulan ajaib para pemain kita ini beroleh decak kagum dari para penonton. Emang nih ganda putra Indonesia top markotop. Sayangnya, sekali lagi Daddies harus menelan kekalahan di laga ini, Minions pun melenggang maju ke babak final yang akan dilaksanakan esok harinya.
Duel Minions vs Daddies pun lebih cepat dari perkiraan kami. Duel ini sudah pasti dinanti-nanti, para penonton di Hong Kong tentunya penasaran ingin melihat sepak terjang Minion yang beranggotakan si tangan petir Kevin dan si senyum matahari Gideon. Pun dengan Ahsan/Hendra yang sudah malang melintang di
Kami meninggalkan Hong Kong Coliseum pukul 11 malam dan tiba di hotel menjelang pukul 12 malam. Meski badan terasa porak poranda karena capek, kami tetap niat untuk menyaksikan babak final esok hari. Malam itu, saya yakin ngorok saya dalam tidur mengalahkan ngoroknya babi.
*****
Keesokan harinya selepas acara outing kantor hari kedua, saya dan 3 teman bergegas kembali ke Hong Kong Coliseum untuk menyaksikan laga final Hong Kong S500, dimana Indonesia mengirimkan satu wakilnya di final, yaitu the Minions. Lawannya pun lagi-lagi dari Jepang, Kamura/Sonoda. Kami sudah menyiapkan tenaga dan yel-yel dengan baik untuk laga final ini. Namun alangkah kecewanya kami, saat tiba di loket tiket, kami cuma mendapati loket kosong lengkap dengan sebuah kertas bertuliskan "ticket sold out". Kami yang tadinya semangat mau nonton, seketika jadi lesu.
Kami tak menyerah sampai disitu. Saya segera menyapa para penonton yang keluar dari Hong Kong Coliseum untuk menanyakan jika mereka ada tiket sisa. Pak Nardi juga berusaha mendekati TKI dan TKW Indonesia yang sedang nongkrong di luar Coliseum Park sambil menunggu pertandingan minions. Hasil nya nihil.
Hong Kong Coliseum, the Venue |
Seorang panitia tiba-tiba menghampiri saya, dari aksennya sepertinya dia dari Malaysia, "Hey Man, I am a committee and I can take you in, you can follow me". Wah ajakan menarik nih dari Bapak panitia. Tapi kan saya bawa teman.
"Wow, so nice of you man. Thanks for the offer. If I were alone, I will definitely go with you. But I have three friends too who wish to watch", kata saya sambil menunjuk ketiga teman kantor yang masih berharap-harap cemas untuk bisa masuk.
"Oh sorry man, I can't take four of you in. It will be so obvious", kata Bapak panitia dengan sopan.
"No worry, we'll try to find tickets," sahut saya dengan tidak yakin. Akhirnya si Bapak Panitia yang baik hati itu berlalu. Semoga murah rezeki yah Pak.
Setelah berbagai usaha, kami akhirnya tak berhasil mendapatkan tiket. Kemanakah para calo tiket Istora saat keberadaan mereka dibutuhkan di Hong Kong? Sungguh tega membiarkan kami mengemis tiket final ke para penonton dan para tenaga kerja Indonesia yang lagi nongkrong. Kami pun pulang dengan langkah gontai, no luck this time. Setidaknya kekecewaan kami sedikit terobati begitu menonton match Minions via streaming, dan menyaksikan mereka berhasil mempecundangi pasangan ganda putra Jepang dua set langsung. At least one title is secured in Hong Kong.
Semoga berikutnya bisa nonton All England live, Aamiiin
wah enak banget bisa nontn live badminton di sanaa...
BalasHapus@Fikri: iya, kebetulan saja sih pas dengan waktu outing kantor, dan kebetulan dapat tiket pas go-show ke venue pertandingannya
BalasHapus