Lessons from Kids
Kita sering meremehkan anak-anak. Terkadang celetukan mereka kita anggap bualan atau hal remeh temeh yang tidak perlu mendapat perhatian atau respon serius. Namun, jangan salah. Kids can make change. Ucapan mereka bisa sangat menakjubkan, seperti yang dialami beberapa teman saya.
Saya mempunya seorang teman, hereinafter referred to as "D" (kok kayak bahasa kontrak yah, hahaha). Oke anggaplah namanya "D". Si D ini sosok siswi SMA yang lumayan beruntung karena memperolah kesempatan mengikuti program pertukaran pelajar di Australia (entah di kota mana, saya lupa, red). Selain supel, D memang anaknya menyenangkan. D juga rajin sholat meski belum mengenakan jilbab pada saat mengikuti program pertukaran pelajaran di Australia. Suatu hari, D berbelanja di sebuah supermarket dan melihat seorang wanita mengenakan jilbab bersama dengan anak perempuannya. Sebagai pendatang muslim di negara yang penduduk muslim nya kurang, D tentunya sangat senang bisa bertemu rekan muslimahnya. D bergegas menghampiri wanita tersebut dan menyapanya:
"Hai, where are you from? I am a moslem too from Indonesia. My name is D".
(Hai anda berasal dari mana? Saya seorang muslim juga dari Indonesia. Nama saya D)
Wanita tadi membalas dan menyebutkan namanya, asalnya (sebuah negara di Timur Tengah yang namanya lagi-lagi saya lupa, hehehe) serta memperkenalkan anak perempuannya.
Tiba-tiba si anak perempuan berteriak lantang:
"You are a liar. If you are a moslem, why are you not wearing veil?"
(Kamu bohong, Kalau kamu memang muslim, mengapa kamu tidak memakai jilbab)
Teriakan anak itu kontan membuat para pengunjung supermarket yang mendengarnya menoleh ke arah D. D sendiri sudah pasti malu. Sekembali dari supermarket, D mencoba merenung dan tak lama setelah kejadian itu, D memutuskan mengenakan jilbab.
Dan ketika D bertemu kembali dengan wanita berjilbab tadi bersama anaknya, si anak tersenyum sambil berkata "Now, I believe you are a moslem coz now you are wearing veil" (Sekarang saya percaya kamu seorang muslim, karena kamu mengenakan jilbab).
D tersenyum.
Cerita ini saya dengar dari seorang kakak senior yang hingga sekarang masih mengenakan jilbab.

Next story dari temen saya yang bercerita tentang keponakannya.
Teman saya inisialnya "S". Once upon a time (cieeeee kayak di Tipi), "S" menemani keluarga kakaknya jalan-jalan ke mall. Waktu itu di mobil ada "S", kakaknya, kakak iparnya dan keponakan cantiknya yang masih berusia 5 tahun. Percakapan di dalam mobil berlangsung normal diiringi dengan celetukan-celetukan khas bocah 5 tahun.
Tiba-tiba si bocah bertanya: "Hmmmm, Om, Mama sama Papa semuanya muslim yah?"
Serempak ketiga orang yang ditanya menjawab: "Iya, sayang".
Dilanjutkan dengan pertanyaan si bocah: "Kalau memang muslim, kok saya liat semuanya gak pernah shalat?".
KRIK KRIK KRIK
Semuanya diam. Gak ada yang menjawab semuanya hening. Menurut pengakuan "S" sih, mukanya merah dan malu sama keponakannya. Kalau sering nonton "Busted" di MTV, atau playboy cap kabel di SCTV, mungkin bisa membayangkan malunya korbannya saat ketahuan. Kira-kira seperti itulah perasaan S. (Maaf yah S, kalo deskripsinya agak berlebihan)
Mungkin pertanyaan polos bocah tadi yang merubah temen saya, si "S". Sekarang "S " benar-benar rajin shalat. Jika hang out bareng sama dia, shalat nya gak pernah kelupaan. Malah kadang saya yang shalat nya akhir waktu, hehehe. Mungkin nunggu ditegur sama anak-anak nih biar bisa shalat awal waktu.
Saya cuman mau bilang, kadang pelajaran itu bukan hanya dari orang yang lebih tua atau seumuran. Pelajaran bisa saja berasal dari anak-anak, so never igonre what they say..... It may be a hint to something.
Saya mempunya seorang teman, hereinafter referred to as "D" (kok kayak bahasa kontrak yah, hahaha). Oke anggaplah namanya "D". Si D ini sosok siswi SMA yang lumayan beruntung karena memperolah kesempatan mengikuti program pertukaran pelajar di Australia (entah di kota mana, saya lupa, red). Selain supel, D memang anaknya menyenangkan. D juga rajin sholat meski belum mengenakan jilbab pada saat mengikuti program pertukaran pelajaran di Australia. Suatu hari, D berbelanja di sebuah supermarket dan melihat seorang wanita mengenakan jilbab bersama dengan anak perempuannya. Sebagai pendatang muslim di negara yang penduduk muslim nya kurang, D tentunya sangat senang bisa bertemu rekan muslimahnya. D bergegas menghampiri wanita tersebut dan menyapanya:
"Hai, where are you from? I am a moslem too from Indonesia. My name is D".
(Hai anda berasal dari mana? Saya seorang muslim juga dari Indonesia. Nama saya D)
Wanita tadi membalas dan menyebutkan namanya, asalnya (sebuah negara di Timur Tengah yang namanya lagi-lagi saya lupa, hehehe) serta memperkenalkan anak perempuannya.
Tiba-tiba si anak perempuan berteriak lantang:
"You are a liar. If you are a moslem, why are you not wearing veil?"
(Kamu bohong, Kalau kamu memang muslim, mengapa kamu tidak memakai jilbab)
Teriakan anak itu kontan membuat para pengunjung supermarket yang mendengarnya menoleh ke arah D. D sendiri sudah pasti malu. Sekembali dari supermarket, D mencoba merenung dan tak lama setelah kejadian itu, D memutuskan mengenakan jilbab.
Dan ketika D bertemu kembali dengan wanita berjilbab tadi bersama anaknya, si anak tersenyum sambil berkata "Now, I believe you are a moslem coz now you are wearing veil" (Sekarang saya percaya kamu seorang muslim, karena kamu mengenakan jilbab).
D tersenyum.
Cerita ini saya dengar dari seorang kakak senior yang hingga sekarang masih mengenakan jilbab.

Next story dari temen saya yang bercerita tentang keponakannya.
Teman saya inisialnya "S". Once upon a time (cieeeee kayak di Tipi), "S" menemani keluarga kakaknya jalan-jalan ke mall. Waktu itu di mobil ada "S", kakaknya, kakak iparnya dan keponakan cantiknya yang masih berusia 5 tahun. Percakapan di dalam mobil berlangsung normal diiringi dengan celetukan-celetukan khas bocah 5 tahun.
Tiba-tiba si bocah bertanya: "Hmmmm, Om, Mama sama Papa semuanya muslim yah?"
Serempak ketiga orang yang ditanya menjawab: "Iya, sayang".
Dilanjutkan dengan pertanyaan si bocah: "Kalau memang muslim, kok saya liat semuanya gak pernah shalat?".
KRIK KRIK KRIK
Semuanya diam. Gak ada yang menjawab semuanya hening. Menurut pengakuan "S" sih, mukanya merah dan malu sama keponakannya. Kalau sering nonton "Busted" di MTV, atau playboy cap kabel di SCTV, mungkin bisa membayangkan malunya korbannya saat ketahuan. Kira-kira seperti itulah perasaan S. (Maaf yah S, kalo deskripsinya agak berlebihan)
Mungkin pertanyaan polos bocah tadi yang merubah temen saya, si "S". Sekarang "S " benar-benar rajin shalat. Jika hang out bareng sama dia, shalat nya gak pernah kelupaan. Malah kadang saya yang shalat nya akhir waktu, hehehe. Mungkin nunggu ditegur sama anak-anak nih biar bisa shalat awal waktu.
Saya cuman mau bilang, kadang pelajaran itu bukan hanya dari orang yang lebih tua atau seumuran. Pelajaran bisa saja berasal dari anak-anak, so never igonre what they say..... It may be a hint to something.
Comments
masa' harus nunggu ditegor jg sm anak kecil ya.. :P
kgkgkgkg!!!
ceritanya panjang dan berkesan banget :)
selamat tahun baru yaaaaa!!!!
@Pagit, Alhamdulillah Iya
@Ayu, no comment
@Retrira, thanks for the compliment sista....
Tentunya memakai jilbab atau melaksanakan sholat bukan karena malu dengan anak² toh? .. tapi memang kesadaran kita sendiri untuk menjalankannya :)
bener banget mas, denger celetukan anak kecil kadang seringklai bikin malu dan sadar...
btw, postingan ini bagus banget loh...
manteb tenan,,,mengena...
sholat belom?
waktu itu anak saya nanya "babah sayang mamah nggak sih ? "
saya bilang "sayang, kenapa memangnya ? "
dia bilang "kok babah nggak pernah cium bibir mamah kayak di film film itu ? " %&$%@%^&%@^&#
nah lohhh :)
inspratif,...
salam
bisnis internet
internet marketing
walet
sarang walet
cd walet
sarang burung walet
best forex robot
best forex robots
hmm kids are kids right..lengkap dengan semua kejujuran dan ketulusan mereka.
Yup...anak2x adalah observer yang sangat sensitif dan kritis...
Action speaks louder than words.... Kudu hati2x kalo melakukan sesuatu di sekitar anak2x.
Di sini gw n hubby kadang nyebrang jalan meski tanda lampu buat pejalan kaki masih MERAH, karena memang sepi dan nggak ada kendaraan lewat...
TAPIIII.... kita nggak akan ngelakuin itu kalo ada anak kecil di sekitar yang mau nyebrang ato ngeliat... N kita nggak mau mereka liat contoh yang nggak baik :D (deuuuu....sadar diri....)
Forex Trading System
Treadmill Running Machine
Membership Site
Latest Technology News
Computer Games Hardware
Marine Electronic
Bisnis Internet