Dua komen yang (kerap) mengganggu

Ijinkan saya menulis tentang sesuatu yang kerap mengganggu, terdengar  agak sarkastik, but please no hard feeling yah.
Mungkin ini adalah kebiasaan kita di Indonesia, dan menurut saya sudah mendarah daging. Parahnya, kebiasaan ini terjadi di hampir semua kalangan. Umumnya diungkapkan dengan maksud berbasa-basi. Cuman lama kelamaan, kok jadi terdengar memalukan yah, hehehe. Kebiasaan apakah gerangan? 

1. Minta oleh-oleh 

Mari kita perhatikan status FB rekan rekan kita yang sedang melakukan perjalanan (entah duty trip atau backpack), pasti komen-komen yang ada banyak yang meminta oleh-oleh. Saya tahu banyak yang menuliskannya hanya sekedar berbasa-basi. Tapi, apa tidak ada komen yang lebih indah yang bisa kita berikan selain minta oleh-oleh. 

Saya tidak pernah jarang meminta oleh-oleh ke teman-teman yang melakukan travel. Karena saya tahu, travel sendiri sudah menguras kocek, apalagi kalau ditambah beban oleh-oleh (tapi ini gak berarti saya menolak lho, kalo dikasih oleh-oleh, hehehehe). But trust me, I never ask my friends for oleh-oleh when they go for traveling. Bahkan saat kakak kandung saya ke Eropa pun, saya tidak meminta apa-apa (dan mungkin karena saya gak rewel, kakak malah pulang-pulang bawain saya jaket sport keren, yippie). Saat saya travel (yang umumnya dengan kocek terbatas), saya hanya membeli oleh-oleh buat Mama dan saudara. Jika ternyata ada budget berlebih, baru saya menambah perbendaharaan oleh-oleh. Intinya, jangan sampai oleh oleh menjadi beban saat kita melakukan travel.   
Saya punya pengalaman buruk dengan oleh-oleh. Waktu kuliah di Jepang selama beberapa bulan, tak terhitung berapa pesanan oleh-oleh dari teman, rekan dan kerabat. Dan saya pun mulai hunting oleh-oleh pesanan mereka sejak bulan pertama di Jepang. Lucunya: Mama dan kakak-kakak malah gak minta apa-apa. Saat akan kembali ke Indonesia: oleh-oleh yang saya kumpulkan ternyata membutuhkan dua kardus besar. Jadi saat ke Bandara, saya membawa satu ransel gede di punggung, satu koper gede, dua kardus besar (berisi oleh-oleh) dan satu kardus kecil (berisi buku penting dan barang pribadi). Setiba di bandara, petugas bandara meminta saya membayar 7 juta rupiah untuk kelebihan bagasi saya. Tentunya saya tidak mungkin membayar ongkos  bagasi sebanyak itu. Semua trik negosiasi saya coba praktekkan namun, it ended up useless. Akhirnya, kedua kardus oleh-oleh itu saya tinggalkan di bandara dan diurus oleh teman-teman saya yang baik hati dan tanpa pamrih (namanya Rebecca dari Taiwan dan Liu Qi dari China dan Pak Yani dari Indonesia). Benda tersebut akhirnya dikirim via laut dengan ongkos hampir dua juta rupiah dan tiba di kos-kosan saya di Makassar 2 bulan setelah saya kembali ke Kota Daeng ini, itupun ada beberapa item yang hilang.

Rebecca dan Kiki, mereka lah yang ngurusin kardus kardus yang kutinggalkan di bandara

Sejak itu, saya mulai agak terganggu dengan orang yang minta oleh-oleh. Saya jadi berpikir, kasihan yang travel kalau harus terbebani dengan oleh-oleh. Saya pribadi tetap beli oleh-oleh di tempat-tempat yang saya kunjungi, tapi saya membatasi pengeluaran untuk itu dan saya sudah mempunyai list list orang yang saya akan belikan oleh-oleh (off course my mom and my sisters are on the top of my list). 


Teman : Pu, katanya baru balik dari luar negeri yah? 
Saya    : Iyah, cuman ke negeri jiran kok. Deket ini ...... 
Teman : Oleh-oleh nya mana? (basa basi yang benar benar basi) 
Saya    : Oh, oleh oleh nya cerita tentang perjalanan saya di sana. Buka saja blog ku :) 
Teman : Ah kalo tulisan mah mana bisa dinikmati. Payah ah... masa ke luar negeri ga bawa oleh oleh.... 
Saya    : hehehehe, kan turis kere (Kalo gak bisa menikmati tulisan, BELAJAR BACA DULU SANA di Kejar Paket A) 

Yup, saya lebih senang menceritakan pengalaman dan membaginya dengan yang lain. Menurut saya, cerita dan pengalaman seseorang yang habis travel sudah merupakan oleh-oleh. Apalagi jika teman yang travel mengunjungi tempat yang belum pernah kita kunjungi. Cerita tentang tempat-tempat menarik sudah merupakan tambahan pengetahuan yang tak ternilai. Sometimes, your friends' stories can be your new lonely planet resource. 

2. Nanti kirimin GRATIS nya yah ke aku ....... 

Saya pencinta gratisan. Saya pencinta diskon. Saya dulu hapal jadwal diskon makanan di supermarket Jepang yang berlabel "Jusco". Itu saya lakukan untuk berhemat. 

Sayangnya kali ini ceritanya lain. Ini tentang beberapa teman yang sudah dan akan menerbitkan buku. Menerbitkan dan membuat buku adalah hal yang membanggakan. Buku apapun itu. Jika saya boleh bertanya: "Apakah yang akan anda sampaikan kepada teman anda yang akan menerbitkan buku?". 
Sebagian besar pastinya akan menjawab: "Wah hebat.. selamat yah... jangan lupa, nanti kalo bukunya terbit, gua dapat gratisannya yak!!!"

Such an annoying behavior. Guys, menulis blog itu gak mudah lho, apalagi nulis buku. Dalam membuat buku, penulis tidak hanya menangani konten, tapi juga berhubungan dengan publisher, editor, distributor. Mereka bekerja keras demi terbitnya sebuah buku. Berulang kali dikoreksi editor, berkutat dengan publisher, dan bernegosiasi dengan distributor. Bukan hal yang mudah, kawan. Dan setelah semua pengorbanan mereka baik finansial maupun pikiran untuk menerbitkan sebuah buku, apa yang mereka terima dari teman-teman di sekitar mereka?? Yah, permintaan buku gratis. 

Penulis tentunya sudah memiliki list rekan mereka yang berhak menerima buku gratisan. Jadi apa yang sebaiknya kita lakukan saat kita memiliki teman yang akan atau baru saja menerbitkan buku? 

Follow me. Waktu Andrei Budiman, sang penulis buku Travelous akan merilis bukunya. Andrei mengirim pesan singkat ke handphone saya mengenai buku tersebut. Tak cukup sejam, saya sudah mentransfer uang saya ke rekening Andrei dan memesan 3 buku. Itu bentuk support saya ke Andrei, karena begitulah cara saya menghargai kerja kerasnya, talenta menulisnya dan keberaniannya mempublikasikan bukunya dengan label sendiri. Tanpa diberitahupun, saya sudah tahu kalo menerbitkan buku sendiri sudah sangat menguras kantong. Dan tiga hari kemudian, buku Travellous cetakan pertama tiba di kamar saya lengkap dengan tanda tangan Andrei di halaman awal. Dan ada nama ku tercantum di lembar ucapan terima kasihnya. I feel honored.
 After a long discussion with Andrei, once upon a time in Yogya

Berikut percakapan saya dengan Devil (interview with the devil)

Devil : Ahhh Cipu kan punya duit sampe bisa beli buku 3 biji

Saya   : Masalahnya bukan kemampuan beli buku, kawan. Kalaupun saya kurang duit saat itu, saya akan tetap mencoba memesan. Mungkin cuman 1 buku saja. Disesuaikan dengan kondisi finansial saya. 

Devil  : Kok Cipu yang pusing sih kalo saya minta gratisan? Saya kan teman si penulis juga. Toh kalau bukunya laku, dia bakal dapat banyak kok. Itung-itung sebagai zakat. 
Saya   : (Kalau komennya sudah seperti ini, saya cuma bisa diam. Saya hanya ingin agar usaha penulis diapresiasi, mungkin praktek paling sederhana adalah dengan membeli bukunya. Karena bagi seorang penulis buku, pembelian buku tidak melulu mengenai keuntungan. Jika bukunya laku, tentu sang penulis merasa bahwa kerja kerasnya dihargai oleh pembaca). 

Saya jadi teringat dengan Ayu, yang saking ngefansnya sama Dan Brown, dia sampe bela-belain mesen bukunya, the Lost Symbol. Dan apa yang Ayu peroleh sebagai balasan? Dia tidak hanya menjadi golongan orang yang pertama membaca buku laris ini, tapi juga ada sejumlah merchandise the lost symbol yang ia terima. Keren kan??? 

So Guys, maaf kalo saya agak sarkastik di postingan ini. Ini cuma opini saya. Mungkin ada yang setuju dan mungkin lebih banyak yang tidak setuju. The decision is yours.
40 komentar
  1. Bener banget!!! (beuuh langsung semangat 45 gitu)

    ini masalah yg saya alami ketika awal2 menerbitkan buku Travellous, semua orang minta gratisan. dan hal2 yang Cipu terangkan itu bener2 mewakili perasaan saya,

    they didnt know what I've done. Selain masalah finansial yg menguras kantong untuk menerbitkan mandiri, selain itu juga karena disinilah ketika penulis di beli bukunya ada letak apresiasi, bukan semata solidaritas, namun lebih dari itu, ini adalah bentuk penghargaan dari seorang teman kepada teman lainnya yang berjuang untuk merealisasikan impiannya. dan bagi saya ini yang disebut dengan solidaritas sebenernya.

    Thanks Pu

    BalasHapus
  2. Wuihhh the first one to comment. Happy to be able to convey your message. But I do feel distracted sometimes by such behavior Ndre....

    Eh kapan buku keduanya itu terbit.... adakah bocoran untuk diriku?????

    BalasHapus
  3. Wow Cipu..

    Postingannya keren punya...

    Bener-bener menggambarkan kepedihan yang aku rasakan sekarang.. LEBAY ga sih gw?? Haha!

    Tapi bener deh. As you know gw lg dalam proses penerbitan sebuah buku. Proses penulisannya aja sudah penuh derai air mata. Berminggu-minggu harus begadang sampe jam 3 pagi untuk menulis karena dikejer deadline. Belum lagi bakalan melewati editing proses yang pastinya BRUTAL!

    Lagi luluh lantak dengan kondisi seperti ini, terus temen2 gw pada bilang "ditunggu gratisannya yah!"
    OMG................
    Don't you guys know all the shits I need to go through?? *SIGHS*..
    I need more positive supports..
    dengerin komentar kayak gitu bener2 demotivating...

    And I agree... It's not all about the MONEY. It's all about APPRECIATION.

    Likewise, great posting Cipu!

    BalasHapus
  4. Langsung sa ubek2 komenku di postinganta waktu ke Vietnamki kmaren kak, keknya ada jg komenku yg minta ole2 deh, hihi.. ampumma'.. nda bakalan meka lagi nyasar bilang getu deh..
    kabar2i mami kalo jadiki bikinG buku kak nah, insya Allah will be the first to get it, tapi nda haratisan ji :P

    BalasHapus
  5. agree bgt...CIPU is de best deh hahah

    aku plg suka yg nomer dua. entar kalo maya punya buku, beli 3 juga y hihih

    BalasHapus
  6. Hahaha...kamu pasti udah tau gmn bencinya saya dengan yang namanya oleh2, udah nambah2n budget travel, berat pula, sampe Indonesia kadang oleh2nya ngga dhargain sama orang laen. Crap.

    Untuk buku......Iiiiihhh Cipu bilang apa sama Andrei Budiman, dia mampir ke blog saya tuuuuhhhhhh. *blushing blushing*

    Great post Pu, akhirnya ada seseorang yang berani untuk ngomong juga.

    BalasHapus
  7. @Retriraz: yeah, I know exactly what do you feel.... Btw ntar kalo gua punya buku, gua gratisan yah WAKAKAKAKAKAK (ditampar bolak balik sama REtri)..... just kiddin sista... I will buy 3 of your books as well

    @iLLa: sip sip sip.... *jadi terharuh*

    @Maya: ayoooo kapan nih bukunya tentang Egypt dirilis *gag saabar menanti*

    @Merry: yup, kadang gua sakit hati juga kalo orang yang gua kasih oleh oleh itu gak menghargai oleh oleh gua..... :p

    BalasHapus
  8. sepertinya yang pada punya buku nih yg semangat komen wkwkwkkk....

    Ngomong2 soal oleh2.. Kan kita kmrn2 udah bikin Fatwa klo Oleh2 buat turis kere itu hukumnya Haram.. (lmao)

    BalasHapus
  9. Wow....selalu berasa nemu harta karun kalo dapet blog bagus kaya gini.... :) *langsung di bookmark*

    I love your quote:
    "Sometimes, your friends' stories can be your new lonely planet resource"

    Btw soal oleh2, i kinda related to it and totally agree with you :D

    Salam kenal yaaa :)

    BalasHapus
  10. Menghantam sampai ke ulu hati tulisanmu kali ini, Cip (LOL)

    Maafkan kalo saya termasuk dalam jajaran penadah oleh-oleh dari setiap kegiatan perjalananmu dan buku-buku yang akan dirimu terbitkan di masa mendatang (worship)

    BalasHapus
  11. Salah satu bentuk penghargaan untuk karya seseorang adalah saat kita membeli hasil karyanya..

    Hihohohahoho...

    BalasHapus
  12. oleh-oleh hanya untuk orang terdekat saja, apalagi klo sama "gebetan" (haha)

    tapi biasanya siy, saya selalu menyediakan space buat oleh-oleh wlo cuman sekadar key-chain *my favorite souvenir :p

    BalasHapus
  13. huaaahhh...aku kan kadang minta oleh2 sama cipu...
    yang masalah buku juga minta dipromosiin ke aku

    maapkan kalo ternyata membebani (worship)
    baydewey eniwey aku juga jarang tuh beli oleh oleh...kecuali buad orang rumah hihihi

    BalasHapus
  14. aku juga suka BT kalo ada yg nitip oleh2 kalo aku lagi berpergian
    bukannya pelit ga mau beliin tapi kan kadang duit di kantong mepet bangettttt

    BalasHapus
  15. ikutan curhat deh kak cipu....waktu balik backpack kemarin sy bela2in beli oleh2 bwat 3 sahabat di kampus,sengaja mpe nyusurin Pratunam yg mirip Mangga dua-nya Bangkok cuma bwat nyari oleh2 terbaik untuk mereka,eeeeeh...pas nyampe JKT,jangankan bilang terima kasih,malah mereka bilang kalau oleh2nya biasa banget :"deuh...jauh2 lo ke Thailand cuma bawa gini doang?"
    padahal sebelum brangkat mereka bela2in sms & komen2 di FB bwat dibawain oleh2.
    I promised myself gak bakal mo beli oleh2 lagi kalau travel,selain bwat my sister,mams & father.kuciwaaaaa.....
    Waktu balik trip kemarin,oleh2 aja beratnya mpe 2 kg....

    BalasHapus
  16. bebahagialah saya yg kemana² tidak pernah dimintai oleh² .... mereka mo minta juga pasti mikir 2x terlebih dahulu ... xixixi

    BalasHapus
  17. lols..

    saya sangat setubuh sama poin-poin di atas :D

    BalasHapus
  18. love this!!!! kemarin baru pulang dari lombok-bali, sebelum berangkat sudah dititipi macam2 (mungkin basa-basi ji maksu'na, tapi asli ngerepotin) yang ada bukannya menikmati perjalanan malah pusing cari oleh2 (sori ye, numpang curhat gratis, hehehe..)

    BalasHapus
  19. bener bro..sekedar menambahi

    bagi orang-orang yang jarang bepergian atau tidak hobi traveling. ketika berwisata, mereka menghabiskan banyak uang untuk berbelanja banyak barang dan membagi-bagikan oleh-oleh kepada para tetangga..mungkin bermaksud pamer telah bepergian ke suatu tempat..
    itu memang mencerminkan budaya lokal bro..
    contoh lain..orang yang habis pergi ke singapura..katanya barang2 di singapura lebih murah dari indonesia..jadi image orang yang pergi ke singapura adalah untuk berbelanja..bukan berwisata..
    susah juga mengubah image seperti itu..

    klo aku seh jawabannya enak..nih foto udah ada di fleshdisk..ada foto makanan, souvenir, bangunan yang unik, dan tentunya foto saya dan kawan-kawan yang ikutan..hihihi

    BalasHapus
  20. emang sih, budget yg kita udah pas-pasin buat jalan malah mesti membengkak krn pesanan ini-itu. cuma ya itu, susah nolaknya. gimana ya?!

    salam kenal.

    BalasHapus
  21. Cipu, tumben melihat sisi serius dari seorang Cipu *terharu mode ON*

    Setelah dijelaskan panjang lebar saya jadi malu sendiri nih untuk point no 1. Tanpa sadar suka minta oleh2 ke teman yang lagi jalan2... *menyesal mode*

    Kalau utuk point kedua ane spakat 1000% deh, soalnya posting blog aja udah susah apalagi bikin buku.

    Sip, thanks bro udah sharing :)

    BalasHapus
  22. waduh Pu..blajar cuek dong.. kan mrk maksudnya juga basa-basi, kita nanggepinnya juga seingat dan seingin kita aja.. mo pengen ngoleh-olehin ya kita oelh2-in.. ga pengen ngoleh2-in ya ga usah ngoleh2-in.. cuek aja kaliii.. jgn diambil hati. Pusing klo kita hrs selalu menyesuaikan dg lingkungan. Lingkungan hrs tau hati kita juga kan? :)

    BalasHapus
  23. bagi orang-orang yang jarang bepergian atau tidak hobi traveling. ketika berwisata, mereka menghabiskan banyak uang untuk berbelanja banyak barang dan membagi-bagikan oleh-oleh kepada para tetangga..

    BalasHapus
  24. menarik banget nih postingannya.. gua juga heran kenapa ya selalu dimintain oleh-2 kalo pulang dari dinas luar kota..he he..
    salam kenal..

    BalasHapus
  25. hm.. namanya orang indonesia, emang banyak basa basinya. Sebenernya maksud mereka (ada) yang mo ngasih perhatian tapi ga tau harus berkomen/berkata2 apa, jadi ya yang udah jadi template komen basa basi kalo ada orang yang jalan adalah "jangan lupa oleh2nya ya".
    tapi ada juga sih yang niat banget emang mo minta oleh2, padahal kadang mereka ga mikir apa ya, minta oleh2 tapi ga nitipin duitnya juga.. huahahaha

    eh, kemaren saya minta oleh2 juga ga sih? hihihi *larrii dikemplang cipu*

    overall, gua suka elu posting tentang ini. at least gua tau apa yang ga lu suka. Untungnya elu bilang,kalo engga, MENEKETEHE?!
    hihihi...

    BalasHapus
  26. ORANG YANG MENGAMALKAN KEDUA KOMEN ITU MAU ENAKNYA SENDIRI. ORANG MEMANG BEGITU MAUNYA GRATISAN MELULU, WALAUPUN TIDAK SEMUA ORANG BEGITU. KADANG HAL SEPERTI ITU MEMANG MENJADI BEBAN. SIALNYA SEPERTI YANG PERNAH SAYA ALAMI, KALAU TIDAK MEMBAWAKAN OLEH-OLEH ATAU GRATISAN DIBILANG PELIT, TANPA MEREKA MAU TAHU KEADAAN KITA. SAMA SEKALI NGGAK BISA MEMAHAMI ORANG LAIN. OLEH-OLEH BERUPA MAKANAN AKAN HABIS DIMAKAN, OLEH-OLEH BERUPA BARANG AKAN AUS DIGUNAKAN, TAPI OLEH-OLEH CERITA TAK AKAN PERNAH HABIS DIBAGI DAN DIKENANGKAN. JADI YANG HARUS KITA BERIKAN UNTUK TEMAN KITA YANG MELAKUKAN TRAVELLING ADALAH DOA. DAN YANG HARUS KITA NANTIKAN DAN HARAPKAN DARI KEPULANGAN MEREKA ADALAH KESELAMATAN, BUKAN OLEH-OLEH DAN GRATISAN.

    BalasHapus
  27. Meneruskan komentar Ratu, setuju kalo ini sebenarnya basa-basi orang kita. Dan ternyata buat Cipu ini mengganggu yah.

    Kalo gue, biasanya tak cuekin tuh Cip kalo yang cuma basa basi, kecuali kalo emang dia serius (baca: sambil ngasih angpau buat gue baru deh diseriusin).

    Tapi enlitemen posting, Cip. Intinya kan jangan basa-basi yak hohoho

    BalasHapus
  28. Cipu....postingan kali ini gue bangetttt..... Paling sebel kalo ada titipan oleh2x permintaan dari orang ato tetangga yang dulu boro2x negor di jalan ato senyum, nengok aja nggak.... Tiba2x aja nyamperin rumah gw n minta oleh2x...

    Ortu n kakak gw malahan nggak minta karena mereka tahu mahalnya harga barang2x di sini.

    Trik gw, harus berani tega bilang TIDAK dan pulang diem2x. Kadang titipan oleh2x dari temen buat keluarga mereka di Indonesia juga gila2xan.

    Buat buku neh... ehm, sebenernya gw n prof baru aja nerbitin buku kita bulan desember lalu (Kanisius publisher), yang jelas pake nama asli gw sebagai editor n buku serius. Boro2x gratisan buat temen, gw aja yang jungkir balik siang-malem cuma dapet 1 kopi.

    Kadang banyak orang sebangsa yang sangat amat tidak sensitif.

    Di sini justru kebalikan, kalo kita travel ke luar Norway, nggak satupun keluarga hubby ato temen yang minta oleh2x, buat mereka itu nggak penting.

    BalasHapus
  29. hahahah jawaban standar gw:
    ada tuh oleh2. baju2 kotor. mau? cuciin dong!

    BalasHapus
  30. komen yang kedua tuh bro, malesin banget deh... hehehehe

    aku seneng punya temen yang bisa menghargai orang lain...

    great job....

    BalasHapus
  31. trip menghindari oleh2 adalah berpergian dengan spontan. tanpa keributan. jadinya pergi diam-diam pulang pun dengan tenang.hehehe.. licik yah...
    kalau pun nanti ada yang tetep ngeyel, bilang aja lupa. abisnya g pesan seh. hahahaha

    BalasHapus
  32. oleh oleh...

    sepertinya hanya orang indonesia saja yang punya kebiasaan membeli oleh oleh saat bepergian ya.

    aku lihat, orang luar negeri gak sebegitunyaa

    BalasHapus
  33. kalo gw paling sebel jika: "eh ada diskonan buku gak? oh cuma 20 % ya kalo pake kartumu bisa diskon lagi kan? jadi 5o% dehhhh"

    okey gw promosi ada info diskonan, ada info buku baru tapi bukan berarti lu minta gw carikan buku buat elu dan minta diskon ditambah ya...

    hehe maap numpang sewot hehe :D

    BalasHapus
  34. wuaaah, setuju 2 juta persen deh!! ini sih curahan hati gue banget..

    Eh, plus 1 lagi: kebiasaan minta traktiran. 3 tahun lalu gue memutuskan resign kerja untuk melanjutkan sekolah ke LN, eeeeh banyak tuh yang komentar 'asiik, makan-makan dooooong!'

    Dalam hati gue: 'Buset deh, kalo berhenti kerja kan gue ga dapet gaji lagi. Kenapa gue harus nraktir?!!'

    BalasHapus
  35. Sangat sangat sangat setuju!! Waktu saya pulang dari U.S.isi koper hampir semuanya oleh2, banyak banget yg minta ini itu ... barang2 terutama buku2 saya terpaksa ditinggal demi bawa oleh2 tsb.

    Tapi bingung juga sih bagaimana menolak permintaan oleh2... saya ke luar selalu dengan beasiswa sehingga selalu dianggap jalan2 gratis dan hanya tinggal beli oleh2 saja ...

    BalasHapus
  36. Mas Cipu, seneng banget baca tulisannya...emang betul nulis blog ga gampang, malah banyakan malesnya kayak saya :p btw kemaren saya n temen2 baru jalan2 ke angkor wat...mampir ya ke salenabasoeki.tumblr.com...cheers!

    BalasHapus
  37. hehehe gue komen post yang dulu2 gak papah ya...tentang oleh2, untung dari dulu gue udah cuek ttg oleh2, jadi yg mau minta oleh2 juga udah males kali ya hehehe...gue pernah marahin temen gue di airport waktu dia mau balik ke LN, gara2 gue tau dia bawain oleh2 utk temen2nya, dan begitu check in mesti dikurangin, dan dia ngorbanin bawaan dia sendiri. Dan tau gak? Dia mesti berangkat sama anaknya yg masih di trolley, OMG dah...

    BalasHapus
  38. nice post. pengen banyak semua postmu jadinya ^^

    BalasHapus