Ho Chi Minh: Apik Namun Sombong (day 1)

Pagi ini terbangun dengan badan yang masih hangat dan agak pening. Gheez, padahal hari ini saya harus ke Ho Chi Minh. Semoga sakit ini tidak berlanjut, soalnya Ho Chi Minh trip sudah direncanakan sejak jauh jauh hari. Sigh......

Jam 2 kurang, saya sampai di terminal 2 Bandara Soekarno- Hatta, 2 travel buddies saya: Mila dan Vonny yang ternyata sudah datang duluan. Kami pun check in di counter khusus non-baggage. Easy and practical. Sebelum naik pesawat, kami bertiga sibuk menelepon teman-teman, maklum lah kalo sudah sampe Ho Chi Minh, ratenya pasti mahal. SMS saja bisa 3500 rupiah sekali.

Pesawat airasia QZ 7763 yang kami tumpangi telat sekitar 15 menit, tapi gak masalah, masih dimaafkan. Sayangnya, saya harus duduk terpisah dengan Mila dan Vonny. Saya duduk di samping stranger, orang Indonesia juga. Namanya Willy, dan berdasarkan ceritanya, dia tahun lalu baru berkunjung ke beberapa negara di Eropa (Belanda, Belgia, Swiss, Prancis), sebagai solo traveller. Wuihhh Hebat.... Jangan ditanya pengalamannya ke negara Asia. Saya jadi iri sama usahanya dia untuk jalan-jalan. Namun tak lama kemudian, saya yang berhasil membuat dia iri karena saya bilang saya dan teman-teman gak hanya akan ke Vietnam saja tapi juga ke Kamboja. Skornya 1-1, Wil.
  Tan Son Nhat International Airport
Selama 2 jam 50 menit, tak terasa guncangan berarti. Saya sudah mulai merasa salah sangka terhadap kota ini pada saat kami akan mendarat. Ternyata kotanya gede juga. Langit Ho Chi Minh sangat bersih ketika kami mendarat di Tan Son Nhat International Airport. Sekali lagi saya salah sangka dengan airportnya, ternyata airport nya Ho Chi Minh bagus banget, mirip mirip dengan Airport Hasanuddin di Makassar. Mila aja sampe bilang “Pantesan aja Indonesia kalah main bola sama Vietnam, bandaranya aja kalah canggih”. Hmmm Mila lagi jaka sembung.

Kesan pertama dari kota ini, tata kotanya bagus dan tak terlihat banyak sampah di pinggir jalan, meski bau pesing kadang tercium saat kami mencoba menelusuri kota ini di malam hari dengan berjalan kaki. Saya kagum dengan trotoarnya yang lebar dan hampir selebar jalannya sendiri. Bandingkan dengan Jakarta yang trotoarnya seiprit, itupun sudah dijadikan lahan pedagang kaki lima. Ah sial benar yah jadi pedestrian di Jakarta. . Yang saya amati, motor menjadi penentu status sosial disini, anak muda umumnya menjadikan motor sebagai ajang unjuk diri mereka, mereka nampak bangga menunggangi motor mereka untuk ke club, cafe atau tempat gaul lainnya. Tapi, jangan salah, meleng sedikit di jalan sudah bisa terserempet motor. Vonny tadi sempat hampir diserempet tukang ojek plus bule botak yang sedang berboncengan, refleks Vonny menghindar sambil berteriak dengan tangan terkepal mengarah ke kepala si botak. Untung Vonny bisa segera mengendalikan gerak refleksnya, hampir saja si bule botak itu jadi sasaran
Trotoarnya lebar euy
Kami bertiga menginap di Saigon Mini Hotel 2, hasil perburuan saya di hostelworld. Begitu kami sampai di hotel, mbak resepsionis nya menyambut kami sambil berkata, “Sorry, the room you booked is not available”. WHAT????. “But, we have upgraded you to the large room and you still need to pay the same”. Yeahhhhhhh.... Dapet kamar gede buat bertiga, plus AC plus tivi, kulkas. dan wifi We only pay USD 12 per person lho.... A lot cheaper than the hostel we stayed in Singapore. Selain itu lokasinya pun tak jauh dengan Ben Thanh Market dan tempat-tempat lainnya (maklum deket kawasan backpacker sih).
The fancy room for turis kere
Selain memberikan kesan positif, ada dua hal yang saya kurang sukai di kota ini. Saya mengamati bahwa orang-orang yang saya temui sangat jarang tersenyum. Dimulai dari pak supir taksi yang cuek beibeh dan mahal senyum, sampe ke orang-orang yang kami temui di jalan. Umumnya banyak yang menghindar saat saya mencoba bertanya jalan atau arah. Selain itu, pengendara di kota ini, baik motor maupun mobil termasuk pengendara nekat, jadi harus sangat berhati-hati saat menyeberang.
 Me and my Dhong
Untuk penukaran uang, saya sarankan untuk membawa dollar saja. Dollarnya selanjutnya dapat ditukar ke Dhong (mata uang Vietnam) setelah tiba di Vietnam. Dan kami berhasil menjadi kaya raya, karena ternyata 1 Rupiah sama dengan 2 Dhong. Berbekal 50 dollar, saya berhasil mengantongi 950.000 Dhong. Hahahahah.
 
Kemana kami malam ini?

Begitu tiba di Ho Chi Minh, kami langsung ke hotel dan langsung hit the road. Kami berjalan kaki menyusuri wilayah turis, PHAM NGU LAO, melewati Ben Thanh Market dan LE LOI, menuju People Committee Hall. Mengikuti peta di tangan, kami tak begitu kesulitan mencari jalan, namun setelah sekian lama berjalan kami pun bertanya ke Bapak Tukang Ojek. Saya tanyakan ke dia dengan Bahasa Inggris  plus bahasa isyarat yang pastinya lebay, Dimana People Committee Hall. Si Tukang Ojek mengambil peta dan mulai menyalakan motornya. Saya bilang “NO NO NO, I don’t wanna ride on your bike” sambil berusaha menarik peta dari si Tukang Ojek, namun dia memegang kertas peta itu dengan kuat. Saya mengalah, biarlah dia ambil kertasnya. Saya ternyata salah sangka, si tukang ojek bukannya mau maksain saya naik ojeknya, malah dia nyalain motor untuk nyalain lampu sorotnya agar peta itu bisa terlihat jelas olehnya. Oalaaaah maaf pak, saya sudah salah sangka. Kami melanjutkan bertanya ke seorang waiter bar di lokasi sekitar People Committee Hall, dan diapun mengiyakan arah kami dengan sangat yakin.
People Committee Hall wannabe... ternyata adalah....

Cathedral Notre dame

Dengan bekal petunjuk arah si tukang ojek dalam Bahasa Vietnam, kamipun sampai lah di tempat yang kami anggap People Committee Hall, di depannya berdiri Cathedral Notre Dame yang megah. Kami pun berfoto aneh bin ajaib sambil diliatin penduduk sekitar. Yah, kami bisa berfoto di depan People Committee Hall, sodara-sodara. Setelah puas berfoto, kami menuju ke hotel. Tiba di hotel jam 12 tengah malam. Jalan kaki kali ini dimulai jam 8 malam dan berakhir jam 12 malam, total jarak tempuh berjalan kaki: kurang lebih 4 km (dikit lagi betis ku berkonde) . Saat kutunjukkan foto foto di People Committe Hall ke resepsionis hotel, si resepsionis cuman bilang: “No, this is not People Committee Hall, this is Central Post Office”

“APAAAAA ??? DASAR TUKANG OJEK  SIALAN. UDAH GAYA PAKE LAMPU SOROT, SOTOY PULA”

Pengeluaran hari 1
  1. Airport tax : Rp 150.000,- 
  2. Taksi dari Tan Son Nhat International Airport ke Saigon Mini Hotel sebesar USD 9, karena kami bertiga, jadi masing masing membayar USD 3 
  3. Sewa kamar di Saigon Mini Hotel: USD 12 per malam 
  4. Makan malam dengan tuna salad di daerah Pham Ngu Lao: 53.000 dong (Dong = mata uang Vietnam) 
  5. Air mineral: 10.000 Dong 
Total pengeluaaran hari pertama

= Rp 150.000 + 12 USD + 3 USD + 53.000 Dong + 10.000 Dong
= Rp 150.000 + 15 USD + 63.000 Dong
USD = Rp 9200, Dan 1 Dong = Rp 0,5
= Rp 150.000 + Rp 138.000 + Rp 31.500
= Rp 319.500

Cihui, hari pertama cuma habis Rp 319.500....... Gimana hari kedua?
24 komentar
  1. HWAHAHAHAHA:::: *ngakak guling2x*.... CIPUUUUUUU.....kok bisa seh kena tepu tukang ojek di malam pertama....

    BTW, bawa Lonely Planet nggak? ato dah tanya om gugel belum lokasi yang mau didatangi.... Mungkin perlu ngeliat gambarnya dulu ye sebelum dateng supaya nggak dibohongi lagi...

    Hmmmm.... jadi mikir, gw juga sebenernya pernah beberapa kali ketepu orang....namya jalan harusnya ke kanan dibilang ke kiri dan sebaliknya...

    Nggak papa, buat pelajaran supaya lebih hati2x...

    ALL THE BEST buat tripnya.... MMMuahhh :)

    BalasHapus
  2. horeee.. hebat banget deh elu cip, udah langsung update ajah. hihihi... nyengir baca komennya mila tentang bandara. huahaha.. udah kebayang gimana mimiknya saat ngomong kaya gitu. hihihi.

    ditunggu laporan selanjutnyaa...

    BalasHapus
  3. wow...on the spot.mana foto2 di city hall kak?padahal kalo malam yg keren itu city hall-nya.general post office mah pagi juga bisa hehehe
    met nyebrang ke Kamboja yak,hati2 di phnom penh...tuk2nya bisa lebih gila drpd tukang ojek di saigon

    BalasHapus
  4. wow...keren banget pu.apdet langsung dari tekape

    BalasHapus
  5. HUahahhahahha.... ketipu ya bos... padahal gayanya udah super ok gitu (lmao) moral of the story: becareful sama tukang ojek di ho chi min =P

    BalasHapus
  6. keren field reportnya masbro..

    btw, lama-lama bandara soekarno-hatta makin ketinggalan aja nih dari bandara2 lain di asia tenggara. :D

    BalasHapus
  7. mirip bandara Hassanuddin????? kok referencenya ke sana ya?

    Have a fantabulous day ahead poe

    BalasHapus
  8. waaaaaaaaw :) asik ihhh...
    mudah2n bisa kesana ah kapan2 :p
    nice blog btw, follow u :)

    BalasHapus
  9. waaahhhhh cipu uda ke vietnam
    cool
    eh di sana ada tukang ojek juga toh? sama aja dong ama jkt, tp hebatnya tukang ojeknya bisa nipu cipu hehehehehehe

    BalasHapus
  10. asyiknya bisa berwisata ke luar negeri
    saya pengen berwisata ke luar negeri tapi nggak ada duit bro..
    hehehe..salam kenal

    BalasHapus
  11. Wiiiiiwww...langsung update euuyy....
    Hahahaha....ternyata salah tempat ya pu, tapi Cathedral Notre Dame nya keren juga. Baguuuussss.....Trus itu trotoar luas amaaatt...bisa buat guling-gulingan di jalan :p

    Miris ya liat bandara disana klo dibandingkan sama bandara negeri sendiri.

    Kopdaran wajib bawa oleh-oleh :p ahahahahahaha.......

    BalasHapus
  12. (lmao)(lmao)

    dapet ceritanya dari c nenek langsung ngakak guling2 ... xixixi

    BalasHapus
  13. @Feli: lonely planet sih ada cuman emang orangnya kurang ramah.... :(. Mungkin takut berbahasa Inggris kali.

    @Quinie: makanya bawa netbook, biar bisa update kalo ada wifi hihihih

    @dila: no worry, tuk tuk yang kami pake carteran kok... dan gak ngebut :p

    @aci: hehehe iyah, langsung dari tekapeh. rajin posting dong Chie.

    @Tince: yup, itu kesimpulannya :p

    @ntieholic: yang ngakak bayar yah :)

    BalasHapus
  14. @morishige: he eh, toiletnya udah kalah jauh

    @minomino : thanks sudah follow... sering sering main kesini yah

    @exort: kena deh!!! Hahahaha. untung ga niou duit bro :p

    @annosmile: berwisata itu bukan berarti harus kaya lho... emang harus nabung dan butuh persiapan

    @merry: bawa apa yah sebagai oleh oleh

    @Arai: (idiot) yang ngakak bayar tau

    BalasHapus
  15. oww... wifi toh...*baru balik lagih kemarih*
    btw, wifinya lebih banyak daripada di jakarta kah?

    ehm.. bukannya sekarang di jakarta, orang2 juga jadi mahal senyum?!

    BalasHapus
  16. btw, kalian juga ga ganti SIM card ama yang lokal sanah?

    BalasHapus
  17. ih kerennyaa itu tukang ojek...

    *penasaran sama gaya lebay lu :p

    BalasHapus
  18. wahahaha
    ketipu tukang ojek ma waiter

    BalasHapus
  19. mantrap bro..!! jalan2 ke Vietnam dan Cambodia...kerenn..
    dua tempat yang punya sejarah khusus di Asia Tenggara..

    liputannya juga keren..selamat ber-backpacking ya...

    BalasHapus
  20. cipu...thanks so much udah posting ini ya...nanti mungkin ada beberapa yg gw contek untuk perjalanan gw bulan mei nanti...kalo jadi ke vietnam sih :D

    cipu hebad!!1

    BalasHapus
  21. wuiiiiiiih keren nya trotoarnyaaaa.....
    pedestrian benar benar dihargai yaaa
    gak kaya di Indonesia. hehehehe....

    BalasHapus
  22. Kasihan ya sudah capek-capek tapi salah. Tapi menyenangkan pastinya dapat pengalaman baru yang tak terlupakan.

    BalasHapus
  23. waaah kak,backpack kuning itu sdh 2x ke Vietnam hehehe....
    thanks ya kak waktu itu sy dipinjami,masa2 blum punya modal buat backpacking...:)

    BalasHapus