Serasa nonton pelem hollywood


Hari Sabtu lalu, sehabis menghadiri aqiqah an anak temen kantor ku, saya diajak Pak Gun untuk nonton. Kami putuskan untuk nonton di Pejaten Village. Awalnya, kami tidak tahu mau nonton apa... Ada Transformer (sudah nonton), Punk in Love (mmm sepertinya gak menarik), King (lagi gak tertarik nonton film serius), dan dua film horor yang gak jauh jauh ceritanya dari kuburan dan kuntilanak (kedua film ini sudah pasti ku blacklist), hehehe.

Daripada gak nonton, saya dan Pak Gun memilih Punk in Love. Karena tag line nya yang menggelitik: rambut boleh jigrak, hati tetep dangdut (semoga saya menulis tag line nya dengan benar) . Dari tag line nya sih, keliatan kalo film ini gak bakal jauh jauh dari perburuan cinta seorang punker.

Ternyata memang benar, ceritanya tentang perburuan seorang punker bernama Arok dan ketiga temannya ke Jakarta untuk mengejar pujaan si Arok yang namanya Maia yang akan segera menikah. Mereka dikisahkan memulai perjalanan dari kampung halaman mereka, Malang, ke Bromo, Semarang, Cirebon hingga ke Jakarta. Banyak kejadian kejadian lucu yang ditampilkan sepanjang perjalanan Arok and the Gank mengejar cintanya ke Jakarta. Tak lupa film ini menyajikan beberapa screenshoot pemandangan pemandangan indah tanah Jawa.

Namun, yang membuat saya merasa bahwa film ini unik adalah keberanian sutradaranya untuk mempertahankan orisinalitas Jawa dalam dialog filmnya. Mulai dari awal hingga akhir film, penonton disuguhi dialog dialog dalam bahasa Jawa ke-timur-timur-an khas orang Malang. Dan tentunya, saya yang non-Jawa harus membaca text yang disediakan kalau mau mengerti. Di sampingku, Pak Gun yang orang Magetan, dengan santainya nonton tanpa harus membaca text dulu untuk tertawa. Kata kata seperti Dian**k dan slang Jawa Timur lainnya diobral dengan murahnya dalam film ini. Dan ini lah yang membuat film ini serasa bener-bener hidup. Saya yang bukan orang Jawa aja bisa menikmati (apalagi rekan rekan yang dari Jawa). Nonton film ini membuat saya merasa nonton film Hollywood karena memang bener-bener butuh text untuk mengerti aktor aktrisnya bilang apa.

Endingnya, heheheh mirip mirip Kuch Kuch Hota Hai... Penganten cowok nya rela untuk digantikkan oleh Arok yang baru tiba di Jakarta. A classic ending for a unique movie. Overall, it is an entertaining movie and a must seen movie for Javanese.....






7 komentar
  1. waduh "nonton pelem hollywood" lucu juga judulnya, tapi tau gak artinya kalo di daerah aku ?

    artinya adalah nonton mangga hollywood,hahahaha (pelem=mangga)

    oya aku link ke blogku yach, nanti tukeran

    BalasHapus
  2. HIDUP JAWA!!!
    Hahahaha! Primordial!!

    Agh, baca review lo bikin gw jadi kangen Malang :D

    terus terang gw kurang suka nonton pelem indo gara2 pelem horor yang ga jelas itu.. seperti lo tau kalo gw penakut :P

    Tapi wiken kemaren gw nonton KING. Terharu dan mendadak jadi nasionalis! hahaha!

    BalasHapus
  3. @tentang dunia: mau dong makan mangga hollywood
    @opa: kemanapun ku pergi pasti kena roaming :p
    @retrira: mmm gak suka film film kuburan yah wakakakak
    @ntieholic: (doh)

    BalasHapus
  4. Jadi penasaran pengen nonton. :)

    BalasHapus
  5. lagu kuburan aja ga suka apalagi pelemnyaaaa...... ;)

    BalasHapus