Setelah sholat Subuh, saya dan istri membangunkan si kecil dan bersiap-siap menunggu jemputan. Kami harus sudah standby di lobi hotel pada pukul 05:30 pagi untuk menunggu jemputan. Hari itu adalah hari terakhir kami menikmati cuti di Pulau Bangka, karena esoknya kami sudah harus kembali ke Jakarta. Bangka menjadi pilihan destinasi karena pastinya memiliki banyak pantai yang bisa dijelajahi (kami saat itu statusnya adalah fakir vitamin sea), selain itu kami sudah beberapa kali ke Belitung tapi belum pernah main ke Bangka, dan saya memiliki sahabat yang saat ini menetap di Bangka (sekalian bisa silaturahmi). Ketiga alasan ini sudah cukup untuk membuat kami memesan tiket dan penginapan seminggu sebelum jadwal cuti.
Pukul 05:25, Pak Juanda menjemput kami di lobi. Selama berada di Bangka, Pak Juanda lah yang menemani kami berkeliling Bangka, termasuk yang akan mendampingi kami hari itu. Perjalanan pagi subuh itu adalah menuju ke salah satu desa nelayan di Bangka bernama Kurau. Mata yang masih protes karena bangun terlalu pagi kembali terpejam dalam perjalanan ke Kurau. Kurang dari sejam, kami telah tiba di Kurau dan disambut dengan sunrise di desa nelayan. Begitu tiba, kami harus menunggu beberapa waktu untuk kedatangan kapal kecil yang akan mengantarkan kami ke sebuah pulau. Sembari menunggu kapal yang datang, saya, istri dan si kecil berkeliling sejenak menikmati hutan bakau kecil swadaya masyarakat lengkap dengan kawanan monyet yang mencari sisa makanan pengunjung, serta mengambil beberapa foto suasana desa nelayan yang rumah-rumahnya dicat warna-warni.
Warna warni rumah di Kurau |
Hutan bakau mini |
Setelah menunggu sekitar 30 menit, kapal kami tiba. Kami bergegas naik karena kami berkejaran dengan waktu. Kami memang harus berangkat agak pagi karena kami menghindari air surut. Jika kami berangkat agak siangan, kemungkinan kapal akan sulit melewati pantai karena air yang terlalu dangkal untuk dilewati. Kapal kecil yang kami tumpangi perlahan mulai meninggalkan desa nelayan. Baru sekitar lima menit kami diliputi rasa gembira karena perjalanan ke Pulau dimulai, tiba-tiba mesin kapal berhenti. Apa yang terjadi? Ternyata air sudah surut dan mesin kapal tak bisa berputar karena kandas pada dasar laut. Karena kapal kandas, akhirnya awak kapal, bersama saya dan pak Juanda turun dari kapal kecil dan mulai mendorong kapal menuju kawasan yang lebih dalam. Ternyata air-benar-benar surut, saat saya meloncat ke bawah, air hanya menggenangi kaki hingga tumit, bahkan tak sampai betis, pantas kapalnya kandas. Nampaknya, Tuhan memang ingin kami sedikit berolahraga di pagi itu. Selang 10 menit kemudian, kami bisa melanjutkan perjalanan menuju ke Pulau yang ingin kami tuju.
Kapalnya stuck karena air surut |
Kapal mengarungi ombak yang cukup kuat pagi itu. Setelah sekitar 45 menit berada di kapal, kami akhirnya bisa mulai melihat sebuah pulau dengan tulisan "Ketawai". Loh apa yang mau ditertawakan?. Tidak ada pemirsa, kebetulan memang nama pulau yang kami datangi adalah Pulau Ketawai, sebuah pulau kecil di Kurau Timur, Kabupaten Bangka Tengah. Pulau Ketawai mungkin semacam getaway island alias tempat pilihan liburan singkat untuk masyarakat sekitar saat ingin menikmati suasana pulau. Begitu tiba, kami mulai berkeliling menikmati suasana Pulau Ketawai. Si bocah langsung mengeluarkan mainannya dan mulai main mobil-mobilan di pantai.
Welcome to Ketawai |
Nyiur menyapa di Ketawai |
Langsung asyik main di pantai |
Pulau Ketawai merupakan pulau yang terbentuk dari sedimentasi bleksi koral dengan permukaan yang landai. Saat kami tiba, air sedang surut sehingga jarak pantai ke kawasan perairan cukup jauh. Hal ini sedikit membuat kuciwa karena tadinya pengen snorkel. Sebagai gantinya, kami mencoba bermain air badminton tapi tak lama, karena lebih capek mungut shuttlecocknya daripada mukulnya. Selain itu, saya juga banyak main kejar-kejaran sama si bocah, main pasir dan berlarian sekitar pantai. Setelah puas berlarian, saya menuju ke deretan pondok peristirahatan yang tersedia di pulau ini. Pak Juanda sudah menyiapkan peralatan Pramukanya untuk membuat Indomie untuk kami. Indomie kuah dan pantai memang kombinasi mematikan untuk diet, rasanya pengen nambah dan nambah saking nikmatnya hahaha. Sebagai pengunjung yang bertanggung jawab, plastik bungkus Indomie tentunya kami kumpulkan dan akan kami buang di tempat sampah saat kembali ke Pulau Bangka.
Indomie + Beach = Lethal Combo |
Puas menikmati Indomie, kami berkeliling pulau dan memilih jalur yang sepi pengunjung. Pulau Ketawai sejatinya adalah pulau yang dikelilingi oleh pantai dan memiliki hutan yang menutupi sebagian besar pulau. Tak heran jika banyak pohon-pohon besar yang berada di tepi pantai dan menjadikan pantainya makin menarik untuk berfoto. Kekurangan dari Pantai Ketawai mungkin pada sarana air bersih yang minim dan toilet pengunjung yang kurang terjaga kebersihannya. Selain itu, di sekitar toilet pengunjung sampah plastik banyak berserakan, baik itu bungkus makanan maupun botol minuman dan tidak tersedia tempat sampah yang memadai untuk pengunjung, ataupun aturan ketat untuk tidak buang sampah sembarangan. Dengan pantai yang indah, Pulau Ketawai bisa saja menjadi pilihan utama destinasi pantai atau pulau di Bangka.
Menyusuri pesisir Ketawai |
Pohon yang menjorok ke laut |
Setelah puas menikmati pulau Ketawai, kami selanjutnya dibawa mengitari beberapa tempat sekeliling. Hasrat snorkeling saya sudah mulai tak terbendung dari pagi hari. Oleh juru kemudi yang sudah hapal tempat-tempat snorkel, saya dibawa ke beberapa spot snorkel asyik di sekitar Ketawai. Jiwa dugong dalam diri serasa meronta setelah melihat air laut yang jernih dan terumbu karang warna-warni serta kawanana ikan yang berlalu lalang. Tanpa menunggu komando, saya langsung terjun di setiap perhentian. My wishlist was checked.
Meski hanya saya yang turun snorkel, kapal yang kami tumpangi memiliki satu bagian lantai kaca yang membuat penumpangnya juga bisa menikmati pemandangan bawah laut meski tidak ikut snorkel. Di penghujung trip snorkeling, kami diajak ke sebuah pulau yang muncul saat laut surut karena keinginan si bocah untuk bermain dengan bintang laut. His wishlist was checked right away hehe. Si bocah langsung antusias bermain dengan beberapa bintang laut yang sedang nongkrong (dan mungkin berghibah) di tempat itu.
He was so excited to finally touch a starfish |
Setelah trip snorkeling selesai, kami kembali ke Pulau Ketawai untuk selanjutnya berganti kapal menuju ke Kurau, Pulau Bangka. Rasanya senang sekali bisa snorkel lagi dan bisa mengajak si bocah main di pantai, hal-hal yang sudah kami diidam-idamkan sejak pandemi berlangsung. Setidaknya, defisiensi vitamin sea kami bisa terpenuhi dengan kunjungan hari ini. Perjalanan kami kembali ke Kurau terasa sedikit berguncang karena ombak yang cukup besar. Sore itu dari arah Kurau, belasan kapal mengarah ke Pulau Ketawai, sepertinya ada banyak keluarga yang akan menghabiskan akhir pekan di Pulau Ketawai.
Setelah tiba di Kurau, kami menuju ke mobil dan segera mencari rumah makan bertema boga bahari di Pangkalpinang. Syukurlah kami bisa menemukan restoran enak yang berhasil memuaskan lapar kami setelah beraktivitas seharian. Perut kenyang, hati senang.
Cakep nih pantainya..pasir nya warna putih dan lautnya biru terang..menu makannya juga emmm lezat...kalo belum terlalu ramai pengunjung pasti bisa dikelola dengan baik..tapi kalau pengunjung membludak suka sembarangan buang apa saja..itu yg kadang bikin sebel..Bangka Belitung memang cakep pantainya ya..jadi inget film laskar pelangiš..tapi saya ga berani kalau nyebrang ke pulau naik perahu..serem karena ga bisa berenang hehehe..kalau ke Lampung jgn lupa mampir ke pantai juga mas..kan deket dr Jakarta
BalasHapusIya mbak, denger-denger makin banyak spot wisata di Lampung. Way Kambas, Pahawang dan Pantai Batu Lapis di top wishlist nih, semoga kesampaian. Aaamiin
HapusAwalnya tadi saya kira ketawa
BalasHapuseh ternyata nama pulau ketawai
makan mi, asek banget tu
saya suka dengan kebersihannya, pengunjung bertanggung jawab dengan sampahnya
sehingga pantai tetap enak dilihat
Dilanjut makan-makan lagi setelahnya
wah ini piknik plus kulineran
Di bagian dalam pulaunya lumayan banyak plastik mas yang berserakan, semoga sekarang kondisinya sudah lebih bersih ya.
HapusSalam kenal jugaa Mas... hihi
BalasHapusWih seru cerita liburannya.. Pantainya juga cakep ya. entah kenapa baca ini bikin mikir Pantai batu yg ada di film Laskar Pelangi.. hehe. mau kesana soalnya.. tapi nggak tahu kapan š.
Btw, aku ngakak pas lihat video Sea Creatures.. Udah ngebayangin ada apa. Hiu atau parii. ehh ternyata. wkwk š
Mie mah combo termantap ya sama hal2 yang berhubungan dengan air. Apalagi mie kuah, cabe rawitnya 3 biji. Waaahhh š¤¤
Semoga matanya baik baik saja ya mas setelah melihat ada dugong melintas. Semangat mas, semoga bisa segera ke Belitong
HapusHiburan banget baca cerita Kak Cipu! Gaya penulisannya seru banget hahaha. Kesal deh waktu nonton video ke-2 dikira ada hewan laut apa yang nongol, eh ternyata kena prank š¤£. Duh, indomie dimakan dimana saja memang enak sih, Kak š„². Kalau di laut cocok banget ditemenin es kelapa muda juga. Sueger sekali pastinya! Senang banget anak Kakak akhirnya bisa ketemu bintang laut š„ŗ. Nggak lupa minta tanda tangan sama bintang lautnya, kan? š¤£
BalasHapusHahahah akhirnya bisa liat siluman dugong ya Mbak Lia. Iya mbak, anakku seneng banget bisa lihat bintang laut dan bisa ikut berenang di pantai. Thanks sudah mampir ya mbak
HapusIsssh, Bangka ini udah lama ada dalam list ku mas, ga sempet2 aja didatangin š. Belitung aku udh pernah, tinggal Bangka. Padahal dulu ada temen kantor yg orang Bangka, udah berkali2 nyuruh aku kesana.
BalasHapusTapi sebenernya yg aku incer banget dari Bangka, itu kulinernya sih. Trutama pempek Bangka yg beda Ama Palembang š¤¤š¤¤. Untung di Jakarta ada langgananku yg enak. Tapi ttp kepengin cobain aslinya
Mbak Fanny, akhirnya silaturahmi lagi. Bener mbak, pempek bangka enak dan banyak jenisnya, nanti ada postingan tersendiri untuk kuliner selama di Bangka Insyaa Allah.
HapusBenar-benar liburan yang menyenangkan mas. Kabur dari rutinitas dan kmudian ketemu dengan birunya laut, putihnya pasir, dan tenangnya pemandangan. :D
BalasHapusSuka dengan pemandangan pantainya, enak buat jalan kaki. Kemudian lihat kampung nelayan yang lagi surut. Kalau pas surut bakal keliatan tiang-tiang penyangganya.
Salam kenal mas :D
Bener Mas Vay, pantai dan pasirnya bagus di Pulau Ketawai. Selain itu, aksesnya tidak terlalu sulit. Semoga semakin berbenah Pantai Ketawai ini bisa jadi destinasi utama di Bangka
HapusNamanya lucu ya pulau ketawai padahal tempatnya cakep banget. Jadi pengen ke pantai, udah 2 tahun lebih nggak main ke pantai.
BalasHapusNunggu anak agak gede dulu baru diajak liburanš
Hutan bakau mininya juga bagus, penasaran banget karena saya nggak pernah lihat bakau. Pas main ke pantai malah banyaknya pohon pinus.
Semoga impiannya bersama si kecil ke pantai segera terwujud Mbak. Si Kecil pasti seneng main di pasir dan kejar-kejaran sama ombak di pinggir pantai. Makasih kunjungannya Mbak
Hapuskalau lihat pantai di pulau ketawai jadi berasa bener-bener lagi liburan. Suasana yang sepi, deburan ombak, pasir putih, dan pemandangan yang bagus yang selalu dinantikan pas liburan.
BalasHapusSuasana kampung nelayan kalau sedang surut memang seperti itu. Tiang penyangga rumah terlihat semua. perahu nelayan susah untuk merapat dekat dermaga.
Ayo mas direncanakan liburan ke pantainya. lumayan buat mengusir penat.
HapusSelalu menyenangkan dengan tempat seperti ini. Bermain air, makan dan pastinya suasana syahdu
BalasHapusPasti Om Sitam langsung ingat Karimun Jawa kan Om? Semoga bisa berkunjung lagi ke Karimun Jawa
Hapusaduh, mie + pantai, angin sepoi, hawa hangat. sangat menginspirasi
BalasHapusngomong -ngomong hutan bakau nya keliatan cakep. Suka banget ngebayamgin menyusuri jalanan melewati hutan bakau
Saat saya takjub dengan hutan bakaunya, istri saya bilang hutan bakau di Karau terbilang mungil hahaha.
HapusAstagaaa, sampai pertengahan tulisan aku baru sadar kalo Ketawai itu nama pulau. Kukira mau menertawai sesuai, hahaha
BalasHapusBening banget ya pantai-pantai di luar jawa tuh. Pasirnya seakan memanggil saya untuk rebahan sampai kulit muka gosong. Kalo dibandingin sama pantai ancol mah... haduh, ga jadi bandingin deh.
Tapi sedihnya gitu ya. Untuk perihal kesadaran akan kebersihan rata-rata manusia +62 itu emang masih minus. Hobinya nyampah dimana-mana. Pengin deh aku usulin hukuman seminggu di nusa kambangan buat yang suka nyampah.