My 10K Race Story

Setelah sekitar 3 bulan menekuni dunia pe-lari-an, saya mulai mendapat hasutan dari beberapa teman pelari untuk memulai ikut race atau event lari. Hasutan pertama yang saya peroleh adalah dari sesama runner blogger, Goiq, yang berniat terbang ke Makassar untuk mengikuti event lari berjudul "Bosowa Half Marathon". Saya yang masih merasa sangat "newbie" dalam dunia lari yang penuh godaan ini menolak tawaran si Goiq dengan halus. Alasan saya cuma satu: "saya lagi bokek Ri, ga ada budget buat ke Makassar".
Running Gears for Bosowa Half Marathon 2015
Nampaknya, semesta berkehendak lain (tsssah), saya ternyata mendapatkan kesempatan untuk memoderasi sebuah pelatihan selama seminggu penuh di Makassar, yang kebetulan waktunya dekat dengan Bosowa Half Marathon. Saya dengan semangat 45, segera mendaftarkan diri untuk ikut Bosowa Half Marathon. Saya memilih ikut race 10K, belum berani sampai half marathon (21,1 km) mengingat latihan latihan saya sebelumnya jarang sekali menembus angka belasan. Mentok-mentoknya biasanya di 12 km.

Semesta memang sepertinya sedang memberi petunjuk kepada saya untuk ikut event ini, rasanya sangat pas untuk memulai event lari pertama saya di kampung halaman sendiri. Goiq langsung menawarkan kamarnya di sebuah hotel di Makassar untuk jadi tempat penampungan saya di Makassar semalam sebelum race dimulai. Hotel yang dipilih Arie memang letaknya sangat dekat dengan venue race (lagi lagi saya merasa Semesta sangat mendukung cita cita saya menjadi pelari jadi-jadian, silahkan muntah).

Tanggal 1 Maret subuh, saya dan Goiq menuju ke venue untuk memulai race kami. Goiq yang sudah malang melintang di dunia lari ikut half marathon (21 K) sedangkan saya yang masih beginner sejati memulai debut lari di race 10K. Makassar memang sempit banget yah, saya banyak bertemu dengan teman-teman kampus, teman-teman nike running dan teman teman gaul saya dulu masa kuliah di garis start. Pukul 05.15, para pelari half marathon dilepas untuk melintasi track 21,1 km di Makassar. Pukul 05.30, kami para pelari 10 km dilepas ke jalan raya, race pertama saya secara resmi dimulai. Saya memasang lagu lagu yang biasa menemani saya lari di ipod, sekaligus untuk mendapatkan ritme lari (pace) yang pas. Sudah bisa ditebak lah lagu lagu lari saya tak jauh dari lagu lagu disco dangdut pantura. 

Di kilometer-kilometer awal, banyak pelari yang langsung melesat dengan kecepatan cahaya, cahaya petromaks tepatnya. Sempat tergoda juga untuk menambah kecepatan dan mengimbangi para pelari ini, tapi saya urung. Saya memilih lari dengan pace yang membuat saya nyaman, toh saya targetnya bukan menjadi juara, tetapi mencapai finish dengan senyum, segar, selamat, sehat dan sentosa. Saya biarkan para pelari pace cepat ini melampaui saya, dan lebih memilih berkonsentrasi dengan diri saya sendiri sambil menyelami makna lagu-lagu dangdut yang menemani saya di ipod.

Memasuki kilometer 4, banyak pelari yang mulai jalan dan saya masih bisa tetap istiqamah berlari. Pelan -pelan saya mulai melewati beberapa pelari (khususnya mereka yang mulai berjalan). Untuk menjaga agar para pelari tetap kuat hingga garis finish, panitia lomba sudah menyiapkan water station di km 2,5, km 5, km 7, dan km 9. Di setiap water station, para panitia  menyiapkan air putih dan pocari sweat, jangan berharap dapat nasi padang yah ini water station bukan rumah makan sederhana. Fokus saya saat itu adalah terus berlari dan pantang berhenti, berusaha menjaga pace agar tidak maksain mengikuti mereka yang lebih cepat atau memperlambat pace untuk menemani mereka yang larinya lebih lambat. Saya harus istiqamah dengan pace saya sendiri. Pelan tapi pasti, saya mulai melewati beberapa pelari yang tadinya mendahului saya dengan kecepatan petromaks. Banyak diantara mereka yang ngos-ngosan duluan karena kekencengan di awal dan tidak taktis menghemat tenaga, walhasil mereka sudah mulai jalan di kilometer 4 atau 5. 

Di kilometer 6, kecepatan saya menurun dan sempat terpikir untuk rehat jalan sejenak. Tapi angel side di benak saya terus memompa semangat agar saya tidak berhenti lari. Saat jalur sudah mulai berbelok ke arah anjungan pantai losari, lari saya sudah sangat melambat. Tiba tiba dari arah trotoar, seorang teman lama memanggil nama saya kencang sambil menyiapkan kamera hape nya buat membidik saya. Saya yang tentu saja tidak ingin tampak loyo di foto segera memasang wajah penuh semangat dan mempercepat lari biar terkesan hebat, sudah km ke 7 tapi masih nampak segar. Setelah difoto, saya merasa seperti mendapat energy boost untuk mempercepat lari, emang dasar mbah nya narsis yah, butuh difoto dulu biar semangat lari. 
Lookin fresh at km 7, thanks to street photographer, Ima. 

Water station di km 8, benar benar menambah tenaga saya untuk bisa menyelesaikan race pertama saya di kampung halaman sendiri. Peluh sudah membasahi pakaian merah saya. Di tikungan terakhir menuju garis finish, saya mempercepat lari dan memasang wajah sesegar mungkin, soalnya ada banyak fotografer di garis finish untuk mengabadikan momen finish para pelari. Lari saya makin kencang dan saya mengangkat kedua tangan saat memasuki garis finish, berharap agar fotografernya berminat mengambil gambar saya dan nanti mengunggahnya di website kegiatan lari ini. Kan lumayan buat dijadikan profile picture di facebook, twitter, path dan instagram. Harapan saya ternyata tidak terwujud, foto foto kegiatan lari ini tidak satupun menampilkan wajah saya, DAMN. Sang pelari narsis kecewa. 
Bersama provokator saya ikut acara ini si Goiq a.k.a Arie

Met another inspiring runners 

Meski tidak menemukan foto saya di laman website panitia Bosowa Half Marathon, saya toh merasa senang karena race pertama saya berjalan mulus tanpa kendala. Saya yang mematok target 7 menit/km atau 1 jam 10 menit di race ini cukup puas bisa selesai dengan catatan waktu di bawag 7 menit/km atau 1 jam 7 menit. Ada perasaan puas saat berhasil memasuki garis finish dan ada perasaan bangga saat memegang medali finisher dari panitia. Meski cuma urutan dua ratus sekian dari sekian pelari, menyelesaikan race ternyata memberikan rasa penghargaan terhadap diri sendiri karena telah berhasil menyelesaikan tantangan melawan diri sendiri (tsssaaaah). 

Setelah menyelesaikan race, rasanya pengen lagi dan lagi. Let's see how far can I go. 




7 komentar
  1. asiiik ada foto gw nebeng di blog kece ini... Seperti yang pernah gw bilang Cip, sering lari belum tentu bisa lari cepat loh. Contohnya gw, walaupun pekari siput tapi gw senang karena bisa lari dari start sampe finish

    BalasHapus
  2. Ckckck...hebat amat..sampe skrg lelarian masi blm jd olah raga favorit gueh..hihihi

    BalasHapus
  3. gw aja blom sampe lari 10 k.. hahahaa

    BalasHapus
  4. Pengen banget lariii, tapi belum punya sepatu yang oke, hehe,
    Keren banget Cipuu, keep run and run, ditunggu cerita race berikutnyaa. Kayaknya next posting bisa jadi udah cerita tentang half marathon. Fightiiing!!

    BalasHapus
  5. Keren Cipu. Saya lari 5 km aja udah nyerah karena gak latihan. Olahraga lari itu ternyata bermanfaat banget, menghilangkan banyak penyakit. Semoga race berikutnya makin keren.
    Kalo udah niat baik semesta pasti mendukung ya.

    BalasHapus
  6. Lari 10 km aja sanggup..apalagi lari2 di hati dia???
    #eeeeaaaaaaa

    BalasHapus