MIWF-ing, Catatan Kecil 2022

 Maret 2022

“Cip, lagi di Jakarta? Saya lagi di Jakarta inie. Ayo ketemuan, ada yang mau saya diskusikan”, begitu kira kira pesan singkat yang saya terima dari Kak Lily. Saya memang jarang bisa menemui kak Lily saat ia berada di Jakarta (biasanya karena tugas keluar kota). Pesan kak Lily segera saya balas ‘’Iye kak, saya di Jakarta ji. Kapanki bisa ketemuan ?’’

Keesokan paginya, saya sudah sarapan dengan Kak Lily di hotel tempat ia menginap di Kawasan Senayan. Lily Yulianti Farid nama lengkapnya, co-founder Makassar International Writers Festival (MIWF), ajang literasi terbesar di Indonesia Timur yang telah terlaksana sejak 2011. Yang menarik dari MIWF ini adalah kepanitiaan kegiatan ini berlandaskan sukarela, sehingga semua divisi dalam MIWF terdiri dari para relawan yang umumnya berasal dari mahasiswa dan mahasiswi. Saking banyaknya peminat untuk menjadi relawan, MIWF melakukan seleksi pelamar yang masuk untuk kemudian diumumkan di media sosial MIWF.

Saya mengenal kak Lily saat kami berada di Melbourne untuk menempuh studi. Yang membuat kami akrab saat itu adalah Komunitas Bugis Makassar yang menjadi wadah kumpul-kumpul perantau Bugis Makassar di sana. Setelah Kembali ke Indonesia, kak Lily pernah melibatkan saya di ajang MIWF sebagai salah satu penerjemah untuk mendampingi penulis-penulis asing yang datang sebagai pembicara di MIWF. Mungkin karena kesibukan, saya tak lagi menyempatkan berkunjung ke Makassar untuk menghadiri event MIWF ini. 

Diskusi pagi itu bukan ajakan untuk kembali menerjemah di MIWF, melainkan untuk mewujudkan salah satu checklist kak Lily dalam menjadikan kegiatan MIWF sebagai kegiatan yang nirsampah dan rendah karbon. Di tahun 2019, MIWF berhasil mengawali ikhtiarnya menjadi kegiatan nirsampah dengan memastikan bahwa sampah-sampah baik organik, kertas maupun plastik tidak berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Sebuah divisi baru dibentuk di tahun 2019 bernama Divisi Zero Waste (Nirsampah), yang beranggotakan sembilan orang relawan. Tugas mereka adalah mengedukasi pengunjung MIWF, memilah sampah, menimbang sampah dan mengolah atau mendistribusikan sampah yang terkumpul selama perhelatan MIWF agar tidak berakhir di TPA.

Dengan kesuksesan tahun 2019, Kak Lily ingin menambahkan aspek lingkungan baru dalam MIWF 2022, yakni rendah karbon. 

“Cipu, ko bisa hitung emisi gas rumah kaca (GRK) toh?” tanya kak Lily.

“Iye, bisa ji kak sedikit-sedikit”, jawab saya.

“Kalau MIWF itu bisa dihitung emisinya kah?”, kak Lily nanya lagi.

“Bisa ji kak, Cuma memang nda banyak event di Indonesia yang sampai hitung emisi GRK begitu”

“Cocokmi, kau mo yang hitung nanti emisinya MIWF nah”, saya langsung ditodong sama kak Lily. 

MIWF itu ajang literasi, termasuk literasi lingkungan" kata Kak Lily. Kalimatnya yang akan terus saya ingat. 

Sebagai informasi, MIWF 2020 dan 2021 tidak dilaksanakan secara luring karena pandemi, sehingga MIWF 2022 merupakan MIWF luring pertama setelah pandemi. Kak Lily menanyakan kesediaan saya untuk membantu mewujudkan mimpi tersebut, menjadikan MIWF sebagai ajang nirsampah dan rendah karbon. Artinya apa? MIWF tidak hanya akan memastikan bahwa sampah di kegiatan MIWF tidak bersemayam di TPA, namun juga MIWF harus menghitung jejak karbon (emisi gas rumah kaca) selama kegiatan MIWF dan mempertanggungjawabkan jejak karbon tersebut. Ajakan kak Lily saya iyakan, berikut janji saya untuk pulang ke Makassar di akhir Juni 2022 saat MIWF berlangsung.

Deal menjadi relawan MIWF bersama kak Lily

Setelah deal itu, saya berkenalan dengan Mita dan Ita Ibnu, tim kak Lily yang berada di belakang layar MIWF. Bersama Ita dan Mita, kami banyak berdiskusi via WA atau zoom untuk membahas bagaimana MIWF 2022 bisa menjadi ajang nirsampah dan rendah karbon. Saya sendiri bertugas untuk membuat template perhitungan emisi GRK yang nantinya akan dihandle oleh relawan-relawan yang kami rekrut, mencari referensi perhitungan dan mulai terlibat bersama Mita dan Ita juga terkait mitra-mitra yang bisa kita libatkan sebagai mitra hijau MIWF.

Juni 2022

Saya tiba di Rumata Art Space, venue yang dipilih sebagai lokasi kegiatan MIWF 2022. Suasana Rumata terasa bersahabat, ruang utama dipenuhi oleh pengunjung yang menghadiri sesi diskusi bersama penulis idola mereka, sedangkan ruang belakang tak kalah ramainya dengan beberapa sesi diskusi bersama komunitas mitra MIWF. Tak sengaja saya papasan dengan Kak Lily dan Kak Riri (empunya Rumata) dan tentunya berfoto bareng demi mengabadikan momen. Saya langsung menuju booth nirsampah dan rendah karbon, lalu langsung berkenalan dengan para relawan yang telah diseleksi masuk di divisi ini. Saya juga berkenalan dengan kak Iin dan putri cantiknya, Aira, yang merupakan ambassador Nirsampah MIWF. Kak Iin merupakan praktisi lingkungan yang sudah banyak pengalaman dalam penanganan sampah, keterlibatannya sangat membantu kami dalam mewujudkan visi nirsampah dan rendah karbon.

Berfoto sejenak mumpung sempat bersama kak Lily dan Kak Riri (Empunya Rumata)


Saya mengamati kondisi sekeliling, di beberapa sudut terdapat stasiun pengisian air sederhana, yakni galon air dan pompa kecilnya. Selain itu, tempat sampah terpilah juga tertata dengan apik di beberapa sudut ruangan. Di setiap jeda kegiatan, relawan nirsampah dan rendah karbon akan menyampaikan pesan singkat kepada pengunjung bahwa ajang ini adalah ajang nirsampah dan rendah karbon sehingga penggunaan wadah sekali pakai sebisa mungkin diminimalisir. Pedagang yang menjajakan makanan di MIWF pun diwanti-wanti untuk tidak menggunakan plastik apalagi Styrofoam. Karena penyampaian-penyampaian ini, kamipun tak jarang menerima laporan pengunjung jika terdapat sesi diskusi yang pembicaranya disuguhkan minuman dengan wadah sekali pakai. Jika hal ini terjadi, biasanya kita lempar diskusinya ke koordinator relawan untuk terus memperhatikan penyajian snack dan minuman kepada pembicara.  

Suasana outdoor MIWF 2022

Diskusi lingkungan di Climate Corner MIWF 2022

Kami mendapati bahwa sampah organik di hari pertama MIWF ternyata sangat banyak, setelah ditelusuri penyebabnya adalah penyajian konsumsi para relawan yang masih menggunakan nasi kotak. Selera para relawan yang beda serta porsi makan yang berbeda-beda tentunya menyebabkan banyak makanan yang terbuang. Kami bersiasat di hari kedua dengan mengajak jasa catering yang digunakan untuk menyajikan makanan secara prasmanan dan mewajibkan para relawan membawa tempat makan sendiri. Hasilnya? Sampah organik berkurang signifikan di hari-hari berikutya. 

Di sisi booth divisi nirsampah dan rendah karbon, para relawan nirsampah dan rendah karbon juga ada yang mencuci plastik lalu mengeringkan plastiknya. Ini adalah plastik-plastik hasil kegiatan MIWF beserta pengunjung yang akan dimanfaatkan kembali. Plastik-plastik yang sudah dikeringkan tadi selanjutnya dimasukkan ke dalam botol-botol plastik untuk dijadikan ecobrick, sejenis bata dari plastik yang jika dikumpulkan dapat dirangkai menjadi kursi atau dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Adapun limbah organik kami kumpulkan dan masukkan dalam tanah untuk dijadikan kompos.

Sampah plastik dicuci dan dibersihkan

Untuk menghitung emisi GRK, kebutuhan utamanya adalah mengumpulkan data. Jadi para relawan harus bekerjasama dengan relawan di divisi lain untuk bisa memperoleh data konsumsi BBM dari kendaraan operasional MIWF, penggunaan listrik, data penerbangan para pembicara hingga berat sampah yang dihasilkan.

Yang menarik dari kegiatan MIWF adalah setiap malam, bersama dengan pergelaran seni, pembacaan puisi atau pertunjukan lain, para relawan nirsampah dan rendah karbon juga akan naik ke atas panggung untuk mengumumkan jumlah plastik yang terkumpul, berapa besar emisi GRK yang dihasilkan pada hari itu serta berapa banyak pohon yang ditanam agar emisi MIWF dapat terbayar tuntas.

Menurut saya, para relawan berhasil mewujudkan MIWF 2022 sebagai ajang nirsampah dan rendah karbon. Pembelajaran yang besar untuk saya (yang tahunya Cuma teori doang), begitupun kepada teman teman tim Rendah Karbon (Kak Lily, Ita dan Mita) serta para relawan kami yang begadang selama beberapa malam untuk mengurus sampah dan menghitung data emisi.

Agar emisi kami terbayar tuntas, tiga minggu setelah kegiatan MIWF 2022, kami meminta para relawan untuk menanam pohon bakau sebagai bentuk bayar utang emisi MIWF kepada alam.

Utang saya, Bersama Mita dan Ita kepada kak Lily adalah menuliskan pengalaman ini dalam sebuah publikasi yang bisa dibaca banyak orang, syukur-syukur jika bisa direplikasi bahkan diimplementasikan dengan lebih baik lagi.

Maret 2023

Saya mendapat kabar kondisi kak Lily kritis di Melbourne. Doa bersama kami lakukan secara daring untuk kesembuhan kak Lily. Beberapa jam kemudian, Ita mengabari saya bahwa Kak Lily telah tiada. Saya menelepon Mita dan yang kami punya cuma isak tangis. Gone too soon Kak Lily, but your legacy in MIWF stays forever. Al Fatihah untuk Kak Lily.

Al Fatihah untuk Kak Lily


Mei – Juni  2023

Ita memberi deadline kepada saya bahwa utang menuliskan pengalaman MIWF 2022 sebaiknya segera dituntaskan sebelum perhelatan MIWF 2023 yang berlangsung di Fort Rotterdam Makassar pada 8-11 Juni 2023. Saya, Mita, Ita dengan dibantu salah satu relawan tahun lalu, Chusnul, berkolaborasi secara daring untuk menyelesaikan naskah. Kami sudah sepakat tidak akan membuat publikasi yang wordy (terlalu banyak kata-kata) dan langsung ke pokok bahasan saja. Akhirnya kami berhasil menyelesaikan kisah nirsampah dan rendah karbon kami di MIWF 2022  sembari mempersiapkan konsep MIWF 2023 yang juga akan nirsampah dan rendah karbon serta merekrut para relawan. Bagi kalian yang tertarik untuk mebaca catatan kecil kami untuk menjadikan MIWF 2022 sebagai kegiatan nirsampah dan rendah karbon, silahkan unduh publikasi kami disini ya.

Catatan kecil MIWF 2022 - nirsampah dan rendah karbon

Postingan ini ditulis dalam pesawat saya ke Makassar untuk mengikuti MIWF 2023. Rasanya tak sabar untuk segera tiba dan menghadiri berbagai sesi MIWF yang ada, ada beberapa penulis yang sesinya akan saya ikuti. Tentunya, tak lupa bahwa di penghujung hari di MIWF, saya akan berjibaku bersama para relawan untuk memilah dan menimbang sampah, dan menghitung emisi.

Wish us luck!! 


Tim inti: Mita dan Ita

Tim Relawan nirsampah dan rendah karbon MIWF 2022



21 komentar
  1. Ternyata kegiatan MIWF nya seru banget ya mas...semoga sukses yaa..memang sih kesadaran ttg produk berbahan plastik dan kertas yang jadi penggunaan sehari"masih rendah..termasuk saya masih sering gunakan plastik untuk buang sampah dan di bawa ke tukang pungut sampah/gerobak sampah,ga kebayang sampah"itu bakalan jadi seperti apa,karena isinya kebanyakan bukan sampah organik..baca postingan ini jadi seperti teguran buat saya dan ibu RT lainnya untuk bijak dalam membuang sampah dan bisa memilah"nya.ssya juga akan bawa tas khusus kalau belanja ke minimarket atau pasar supaya ga pakai plastik lagi..tapi susah juga karena pasar biasanya masih gunakan plastik atau kertas untuk bungkusnya..

    turut berdukacita juga sedalam"nya untuk kak Lily..baca sampai bawah lah koq jadi kaget saya.. Al Fatihah..🤲

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih doanya untuk Kak Lily Mbak.

      Iya ikut MIWF seru, ikut kegiatannya gratis, ada banyak penulis andalan dan banyak pertunjukan seni yang keren.

      Hapus
  2. turut berdukacita untuk kak Lily. btw, kita harus bijak dalam membuang sampah. untuk masa depan alam yang lebih baik

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yes, benar sekali, poin yang pertama yang penting adalah mengurangi jumlah sampah yang kita hasilkan sebelum memikirkan cara yang bijak untuk membuang sampahnya. Mari bersama-sama berperan dalam mengurangi sampah dan menjaga kelestarian lingkungan. Semangka! Semangat kakak. :D

      Hapus
  3. Keren Mas gabung di komunitas MIWF. Selalu menarik bekerja sama dengan teman-teman yang mempunyai idealisme yang sama. Segala yang dikerjakan terasa ringan dan membahagiakan.

    Turut berduka cita untuk alm mbak Lily. Meninggal masih dalam usia muda.
    Al Fatihah.

    Salam,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih ya mas untuk doanya.

      Saya bertemu dengan relawan muda yang penuh dedikasi mengumpulkan sampah, memilah sampah berdasarkan kategori, dan menimbang sampah yang telah terpilah. anak anak muda ini benar benar ga takut kotor dan bau, pemuda pemudi harapan bangsa

      Hapus
  4. Kerennn Mas... Tadi abis berkunjung ke Websitenya MIWF. Lihat-lihat.. 😁 Sumpahh keren banget 🤩. Ide Nirsampahnya juga keren, aku suka... Semoga sukses buat MIWF 2023nya. Amin.

    Jujur, aku kaget pas baca bagian akhirnya. Al-Fatihah buat Kak Lily. Semoga beliau ditempatkan bersama dengan orang-orang beriman. Amin. Selamat Jalan Kak Lily..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih doanya mas Bayu, Aaamiin.

      Iya mas MIWF memang berupaya menjadi event yang ramah lingkungan dan berharap dengan menuliskannya, bisa jadi referensi untuk kegiatan kegiatan lain.

      Hapus
  5. Sebelumnya aku turut berduka cita mas cipu untuk meninggalnya mbak Lili. Semangat dan dedikasinya akan diteruskan oleh yang lainnya.

    Setahuku, MIWF ini salah satu festival penulis terbaik di indonesia. Jaringan penulisnya sangat banyak. Baik penulis dalam negeri, maupun luar negeri. Ternyata mas cipu juga terlibat dalam festival ini.

    Semakin ke sini ternyata semakin menarik karena tidak hanya berkaitan dengan kepenulisan dan buku, tapi juga mengangkat dan membahas isu lingkungan juga. Semoga event-event sejenis juga mulai mengangkat isu lingkungan juga.

    Ditunggu tulisannya untuk MIWF 2023-nya mas cipu :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Siap Mas Vay, saya sedang menyiapkan laporan lengkap MIWF 2023 bersama tim. Nanti akan dipublish di blog juga kalau sudah selesai.

      Hapus
  6. Turut berduka atas kepergian Kak Lily.

    BalasHapus

  7. Turut berduka ya, semoga amal kebaikannya diterima Tuhan Yang Maha Esa
    Wah kapan kapan saya diajak jadi relawan
    kan saya juga tinggal di jakarta

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih doanya Mas.

      Oh iya ini kegiatannya di Makassar mas, bukan di Jakarta hehe

      Hapus
  8. Wow! Keren bingit kak. Idenya sungguh bagus dan mulia. Sedih juga kak Lily secepat itu ya tiada. Kaget aku. Meski baru tau kak Lily dari tulisan kakak, tapi aku uda berasa nge-fans sama kak Lily yang bikin event sekeren itu!! Semoga MIWF berkelanjutan terus yaa sebagai legacy juga dari kak Lily.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih Furi, iya setuju, semoga MIWF bisa jalan terus yaaa

      Hapus
  9. Pengalaman Kak Cipu banyak banget. Sampai acara besar begini pun turut terlibat. Aku juga pernah ikut acara bahas literasi sampah, tp beda kalimat aja sih intinya sama hehe.
    Ini kaK Cipu juga turun tangan yak untuk mengolah
    Semoga kdpannya terus berkembang untuk MIWF.

    Dan turut berduka cita untuk beliau, Kak Lily. Insyaallah kebaikannya tak aakan pernah terlupakan. Jasanya beliau banyak dalam hal ini

    BalasHapus
  10. kapan kegiatan yang bisa mengurangi sampah plastik ini bisa diadaptasi acara lain ya,
    setidaknya bawa tumblr sendiri
    apalagi ada bawa tempat makan sendiri ya,,

    BalasHapus
  11. Saya kena hipnotis tulisan Bang Cipu. Sampai laporannya segala saya baca. Semoga cita-cita Kak Lily bisa diteruskan sama adik-adik ideologisnya, Bang.

    BalasHapus
  12. aku pas baca dalam hati langsung kayak spontan bisa belajar logat Makassar nih Mas cipu..jadi keinget dulu aku pernah ke makassar sekali dan itu langsung takjub ma kotanya yang hingga jam 24.00 kok ya masih ramai...kalau di tempatku dah sepi...ternyata keakraban mas cipu dan kak lili lantaran sedaerah ya dan sering berada di luar negeri juga sama sama diaspora jadi obrolannya nyambung...Bener bener berdedikasi tinggi dan mengamalkan ilmunya ke masyarakat langsung ya. Sayang sekali jadi turut sedih baca paragraf bawahnya semoga Kak Lili ditempatkan di tempat terbaik di Sisi-Nya...dan program programnya yang bagus banget ini tetap ada yang meneruskan..amin

    BalasHapus