Ling Ling dan Aminah

Woodlands, 2009 

Perjalanan pertama saya ke Singapura dimulai tahun 2009 saat saya bersama tiga teman lainnya, yaitu Mila, Lenia dan Gunar merencanakan backpack pertama keluar negeri . Perjalanan ke Singapura saat itu kami lanjutkan dengan perjalanan ke Kuala Lumpur dengan cara menyeberang ke Johor Bahru terlebih dahulu dengan bus, lalu lanjut dengan kereta api menuju Kuala Lumpur. Di pikiran kami, sesusah apa sih nyeberang ke Malaysia dari Singapura, tinggal minta cap ke imigrasi Singapura dan lanjut ke imigrasi Malaysia, kelar permasalahan. 

4 sekawan

Di hari terakhir kami di Singapura, kami memilih meninggalkankan daerah Bugis dengan bus menuju ke Woodlands yang merupakan perbatasan Singapura dan Malaysia. Setelah itu lanjut ke imigrasi Malaysia di Johor Bahru, sebagai kota pertama Malaysia yang yang langsung berbatasan dengan Singapura. Singapura dan Johor Bahru hanya dipisahkan oleh lautan dan dihubungkan melalui sebuah jembatan, pemirsa. Kami sengaja berangkat pukul 5 sore agar kami tak perlu tergesa-gesa mengejar kereta kami di Johor Bahru yang rencananya berangkat pukul 10 malam. We have plenty of time, pikir kami saat itu. 

Bus yang kami tumpangi cukup penuh dan perjalanan dari tengah kota menuju perbatasan Singapura di Woodlands cukup lancar. Sore mulai berubah menjadi senja, saat bus yang kami tumpangi mulai tersendat mendekati perbatasan Singapura di Woodlands. Kami berempat turun dari bus dan mulai celingukan, di sekeliling kami, orang-orang seperti kejar-kejaran menuju ke imigrasi di Woodlands. Lagi kebingungan macam turis kesasar (ya emang kesasar sih), tiba-tiba seorang gadis berwajah Tionghoa mendekati kami: 

"Hey, can I help you?", tanyanya dengan sopan. Waktu menunjukkan pukul tujuh senja saat itu. 

"Yes, we want to go to Johor Bahru and catch our train to Kuala Lumpur tonight. Which way should we go to?", saya yang diangkat jadi jubir (juru bibir) kelompok menjawab. 

"Ah easy, you can follow me. We have to go to Singapore immigration first, then take a bus to Malaysia's immigration in Johor Baru. The immigration in Johor Bahru is next to the train station. Follow me," kata si gadis Tionghia dengan ceria. 

Kami segera bergabung dengan si gadis mengikuti antrian para penyintas perbatasan. Antrian malam itu panjang sekali karena esoknya adalah hari Diwali, yang merupakan salah satu hari suci pemeluk agama Hindu. Pantas saja antrian yang ada dipenuhi orang-orang keturunan India, banyak yang ingin kembali ke keluarga untuk merayakan hari sucinya. 

Gemerlap perayaan Diwali di Singapura

Mendekati imigrasi, si gadis oriental menunjukkan jalur mana yang antriannya harus kami ikuti. "I have to queue here because I hold Singaporean passport and you guys over there," katanya sambil menunjuk jalur all passport. Kami berpisah dan kami mengucapkan terima kasih. 

Kami selesai di imigrasi Singapura sekitar pukul 8, lalu mengikuti antrian keluar dari imigrasi Woodlands dan menunggu bus untuk menyeberang ke Johor Bahru. Ternyata si gadis Tionghoa menunggui kami dan segera mengajak kami antri bus menuju Johor Bahru. Ternyata, antrian busnya panjang sekali. Kami mulai was-was karena waktu mepet dan khawatir ketinggalan kereta untuk ke Kuala Lumpur. 

"So many workers in Singapore are back to Malaysia now because tomorrow is Diwali day, that's why it is so crowded", kata si gadis Tionghoa. Menjelang pukul 9 malam kami akhirnya bisa naik bus menuju Imigrasi Johor Bahru, bus yang kami tumpangi juga sangat penuh dengan penumpang. Kami harus berpisah dengannya karena antrian imigrasi kami berbeda. Adegan dadah-dadahan pun berlangsung, tak lupa kami mengucapkan terima kasih. Antrian imigrasi di Johor Bahru sudah tidak sepadat di Woodlands Singapura. Pukul 9.20 malam, kami sudah menyelesaikan izin masuk di imigrasi Malaysia Johor Bahru. Kami berempat buru-buru meninggalkan imigrasi untuk segera mencari jalan ke stasiun kereta. Ternyata si gadis Tionghoa yang baik lagi-lagi menunggu kami selesai di imigrasi, dan segera menemani kami menuju stasiun kereta. 

Saat sedang buru-buru meninggalkan imigrasi, kami berempat kena random check nya petugas bea cukai  dan harus memeriksakan tas kami di mesin X-Ray di sana. Kami yang panik harus melalui satu pemeriksaan lagi. Si petugas mengecek isi tas saya dan mengeluarkan satu tas berisi peralatan mandi, lalu bertanya "What's inside this?". 

Saya yang gak konsen bin panik ga sempat berpikir panjang, langsung nyolot "Cosmetics Sir". 

Si bapak petugas memandangi saya aneh, namun mempersilahkan kami pergi. 

Mila, Gunar dan Lenia ngakak begitu kami bergegas ke stasiun kereta ditemani si gadis Tionghoa, "Lu kenapa bilang kosmetik, itu bilang saja personal care". Saya cuma bisa bilang "namanya juga panik, vocab gue ilang dan yang kepikiran adalah kosmetik". 

Dipandu si gadis baik hati, kami akhirnya tiba di stasiun kereta 15 menit sebelum kereta berangkat. Kali ini, kami benar benar mengucapkan terima kasih pada si gadis dan berpisah. "Enjoy your trip," katanya. 

5 menit sebelum kereta berangkat, kami sudah di tempat tidur masing-masing dalam kereta, tentunya bermandi peluh dan napas terengah engah. "Eh si cewek yang nemenin kita tadi namanya siapa ya?", tanya saya. 


Sleeper train

"Oh iya saking paniknya kita jadi lupa nanya nama, Yahoo messengernya, " kata Mila. 

"Ya udah, sebut saja namanya Ling Ling," kata Gunar. Kamipun sepakat menamainya Ling Ling, si gadis penolong yang baik hati. 

Kepada Ling Ling, terima kasih ya sudah baik hati memandu dan menunggui kami melalui senja yang panjang di Woodlands. 

Woodlands, 2023 

Pengalaman menyeberang ke Johor Bahru dari Singapura, saya alami lagi baru-baru ini. Kali ini, saya bersama anak dan istri. Begitu tiba di Pelabuhan Changi menjelang sore, kami menyempatkan cari makan dulu di Jewel yang bisa ditempuh berjalan kaki dari terminal kedatangan. Sore itu, kami memang rencana akan ke Johor Bahru. Untungnya, ada layanan bus dari Changi yang bisa langsung ke perbatasan Woodlands dan nyambung ke Johor Bahru setelah lewat imigrasi. 

Rain Vortex in Jewel Changi 

Bus Transtar yang kami tumpangi bertolak dari Changi pukul 19.15 petang. Perjalanan lancar dan tak begitu tersendat. Bus mulai pelan saat mendekati Woodlands. Rupanya kami menyeberang ke Johor Bahru kali ini bertepatan dengan jam pulang kantor, sehingga arus kembali ke Johor Bahru sudah sangat padat di Woodlands. Kami turun dari bus Transtar sembari membawa dua koper. "Pak Cik, nanti lepas imigrasi, Pak Cik cari bus Transtar, nanti bus nya hantar pak Cik ke Johor Bahru," kata pak Sopir. Saya mengangguk pertanda mengerti. 

Board on Transtar

Untungnya di imigrasi Woodlands, ada antrian khusus keluarga yang bawa anak, jadi antrian kami tak begitu panjang. Selesai di imigrasi, saya, istri dan anak bergegas menuju ke tempat menunggu bus yang sudah penuh dengan para pekerja dari Singapura yang kembali ke Johor Bahru. Kami mencoba mencari bus Transtar, namun busnya tak kelihatan. Kami mencoba bertanya ke petugas dimana mencari bus Transtar, tapi menurut petugas kami sudah menunggu di platform yang benar, memang bus Transtarnya sedang tidak tersedia. Mungkin busnya sudah bertolak ke Johor Bahru meninggalkan kami yang memang cukup lama tertahan di imigrasi. Bus yang silih berganti datang adalah bus pekerja. Sebuah bus sempat mampir di depan kami dan sopirnya menawarkan 2 dolar Singaura perorang untuk menyeberang ke Johor, tapi kami urung naik saat kami menyodorkan uang 100 dolar dan pak sopir tak punya kembalian. 

Menunggu bus dari Woodlands Singapure ke Johor Bahru 

Oleh petugas, kami diarahkan naik ke bus biasa dan ditunjukkan arahnya. Kami bertiga bergegas berpindah platform menuju tempat antrian bus biasa dan mulai ikut mengantri. Kami juga masih was-was naik bus karena kami bawa uang 100 dolar yang kembaliannya pasti susah. Saat sedang mengantri, seorang gadis berhijab di belakang kami tiba-tiba menyapa, "Where are you from?" 

"We are from Indonesia," kata saya. 

"Will you take the bus to Johor Bahru?", tanyanya. 

"Yes, but we are not sure whether the driver will have the change. We only have 100 SGD bill", kata istri saya. 

Tiba tiba si gadis mengeluarkan tiga lembar uang 2 SGD dan menyodorkan kepada kami, "You can use this". 

Kami sempat bingung dengan kebaikannya cuma bisa bilang terima kasih, "Thank you, we'll give it back once we have the changes

"No worry, it is fine." jawabnya. 

Sebelum naik ke bus, istri saya mencoba merogoh dompet dan menemukan dua kartu easy link yang pernah kami gunakan saat ke Singapura sebelum pandemi. "Mungkin kita bisa coba kartu ini dulu",  kata istri saya. 

Begitu bus masuk, kami mencoba tap kartu easy link kami dan ternyata masih bisa digunakan. Saya dan istri lega. Di dalam bus kami mengembalikan tiga lembar uang 2 SGD si gadis berhijab dan mengucapkan terima kasih. Kami berpisah di imigrasi dan dia berlalu setelah mengucapkan selamat jalan. 

Lagi-lagi kami lupa menanyakan namanya. Sebut saja namanya Aminah. Kepada Aminah, terima kasih atas kebaikannya ya, semoga dimudahkan segala urusan. 

Welcome to Johor Bahru

Menyeberang ke Johor Bahru dari Singapura dengan bus memang tidak selamanya mulus. Mungkin biar tidak terlalu antri, kita bisa memilih tanggal yang bukan hari libur di Singapura atau Malaysia, dan menghindari jam-jam sibuk (jam pulang kantor) biar kegiatan melintasi perbatasannya bisa lebih lancar. Selain itu, di beberapa situasi saat sedang melakukan perjalanan, kerap kita bertemu orang-orang yang membantu di saat-saat tak terduga. Ling Ling dan Aminah mungkin contoh orang-orang yang baik yang saya temui dalam perjalanan saya. Mungkin juga jadi pengingat untuk saya untuk peka terhadap sekitar dan membantu sebisanya orang-orang yang kita temui saat mereka sedang dalam perjalanan.  

Ada yang punya pengalaman unik menyeberang ke Malaysia via Johor Bahru? 

21 komentar
  1. Kalau sudah nyaman ngobrol dengan orang yang baru ketemu itu sering lupa untuk menanyakan nama. Baru sadar kalau belum berkenalan ketika sudah berpisah. Hal itu sering terjadi, kadang aku juga mengalaminya mas cipu..hahhahah
    makanya sering menanyakan nama mereka di tengah obrolan. Daripada nanti lupa dan jadi hal yang terlewatkan :D

    Satu-dua tempat yang sama bisa mengandung banyak cerita dalam sebuah lintasan ruang dan waktu.
    Mas cipu keren!! masih mengingat detail perjalanan yang lama :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mas Vay, cerita tentang Ling Ling memang sudah ada draftnya, cuma kok masih kurang, Nah pas abis nyeberang ke Johor Bahru, ternyata kejadiannya sama, maka jadilah postingan ini hehe

      Hapus
  2. Baiknya Ling Ling dan Aminah. Puji Tuhan ya masih banyak orang-orang baik di sekitar kita. Aku pun pernah dibantu petugas keamanan untuk naik bus. Benar-benar diantar dari stasiun ke halte bus tujuan. Padahal saat itu sedang gerimis. Tapi pak petugas mau anterin :”)

    Aku sendiri hampir pernah pergi dari malaysia ke singapura naik bus. Tapi diurungkan karena lama perjalanan bisa 8 jam. šŸ˜… Baca perjalanan kakak kayanya memang ribet yaa hahaha šŸ¤£

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Furi, saya tuh timingnya kurang pas saat menyeberang. Harusnya bisa memilih waktu yang tak terlalu crowded.

      Hapus
  3. Waktu ke Singapore yg lewat petugas hotel nya emang bilang kalau ada bis yg tujuan ke Malaysia,tapi ya enggk kesana wong lama, bersyukur ketemu orang"baik dalam perjalanan yg ngebantunya emng beneran tulus

    BalasHapus
    Balasan
    1. Semoga di perjalanan-perjalanan kita, kita banyak bertemu org yang baik dan suka menolong ya mbak

      Hapus
  4. Hello brother Cipu! Thank you so much for sharing not just these beautiful memories of Singapore but also the very nice story with the person that gave you some change for the bus fare! Those are the reaosns why I travel, to have such interactions with people - both locals and fellow travellers, that makes the trip a lot more beautiful more than just the spectacular landscapes and food that we try.

    PS Cipu your last comment to my post was super heart-warming, truly brother, thank you! Sometimes I really ran out of things to say or othe rtimes I feel like I say too much on my posts but hearing about your compliment on my photos is just so nice of you and motivating for me! Will post more of my Morocco adventures soon!

    Stevenson

    BalasHapus
    Balasan
    1. HI Steve, write more stories about your trips please. I am sure you met many kind people in your journeys. Stories from you will be very entertaining because I am sure there are many good pictures too in them

      Hapus
    2. Cipu you are very kind! I really hope I can share more and more and cut my laziness! Sometimes I feel lazy because I feel like nobody sees my work so much but I should not have that mindset and just simply share because when my friends like you appreciate it, it means the world! Thank you so much!

      Hapus
  5. Selalu menyenangkan jika bertemu dengan orang-orang baik. Semoga mereka terus berbagi kebaikan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju Om Sitam, kita pun juga bisa turut berbagi kebaikan, termasuk saat bertemu pendatang di daerah kita

      Hapus
  6. liat fotonya sebelum baca, uda mbatin itu kak mila...eh pas baca bener itu kak mila hehe

    lucu juga pas mas cipu nyebut kosmetik ke petugas imigrasinya...Kalau di Singapura deg degan ya soalnya ketat gitu kan pengecekannya..aku cuma sekali ke luar negeri ☺...jarang ke luar kota pula...mainku cuma sepuraran rumah atau pulang ke desa. jadi nambah pengetahuan mampir baca blog temen temen yang sering dinas atau trip ke luar negeri..

    BalasHapus
  7. Sayangnya saya blm pernah ke luar negeri. Kayaknya pengen banget gitu jalan2 brg tmn. pasti seru. lam knl aja deh buat semuanya dari newbie. Ijin saya follow blognya biar nambah tmn.

    BalasHapus
  8. Gara -gara kosmetik jadi lupa nama gadis cantik itu hehehe
    kalau bahasa ingrisnya perlengkapan mandi apa ya?
    Kenapa tak lewat jakarta saja?

    BalasHapus
  9. contoh2 orang baik, dan memang masih ada orang baik lo
    enaknya sudah bs trip ke luar negri hehe
    pandemi udah usai...

    BalasHapus
  10. Perjalanan lintas batas dengan bus memang bisa menjadi pengalaman yang menarik tetapi juga menantang. Strategi untuk menghindari antrian panjang dan menghindari jam-jam sibuk merupakan saran yang bijaksana. Memilih tanggal di luar hari libur dapat membantu mengurangi jumlah pengunjung di perbatasan, sehingga proses lintas batas dapat berjalan lebih lancar. Dan selalu Ingat untuk berbagi kebaikan kepada orang lain di sekitar, karena setiap tindakan kecil dapat membuat perbedaan yang besar dalam hidup. Semangaaat!

    BalasHapus
  11. kalau pas traveling dan mendapat kebaikan dari orang-orang asing disekitar kita, rasanya hepiii banget. Jadi inget waktu aku naik bis dari Don Mueang mau ke kota, aku ga punya pecahan duit Baht, bingung tuh mau bayar bis yang cuman sekian baht tapi duitku ratusan hahha, untung mbak-mbak disebelah ngasih duit receh buat bayar. Baik banget, terharu akutu

    sayang sekali ya mas Cipu, waktu ke Singapore lupa nanyai nama aslinya Ling-ling, seandainya ada contactnya, mungkin sampe sekarang masih keep in touch ya

    aku sendiri belum cobain rute Woodlands ini, denger dari cerita cerita temen aja, soalnya aku seringnya diburu waktu, jadi milih yang cepet wkwkwk, tapi memang bikin penasaran.
    Nah tahun depan memang ada rencana cobain balik ke Indo via Johor, tapi masih belum pasti nih.

    BalasHapus
  12. pengen banget ke Malaysia, belum kesampean. semoga suatu saat bisa terwujud! amin :D

    BalasHapus
  13. Aku yakin mas cupu pasti memang baiiiik sehari harinya, makanya di manapun selalu dipermudah urusannya šŸ‘šŸ˜„.

    Aku pangling liat mba Mila šŸ˜šŸ˜. Udh lama banget kayaknya ga nulis di blog lagi dia yaa.

    Aku sekali naik bis dari singapur ke Penang, tapi kok aku lupa yaa ceritanya hahahaha. Udh lama banget. Tapi sebisa mungkin sih aku LBH suka by plane aja mas, soalnya biar ga tersendat di imigrasi šŸ˜‚. Memang sih sebisa mungkin hrs tau jam2 imigrasi daratnya rame, tapi ya itulah, kdg aku memang maunya cepet, jadi kalo ga Krn suatu hal, LBH milih pesawat tiap nyebrang singapur Malaysia šŸ˜…

    BalasHapus
  14. Beruntung sekali ditemukan dengan orang2 yang mahu menolong.

    BalasHapus
  15. Sejauh ini, imigrasi Woodlands jadi favorit saya, Bang. Mereka cermat tapi sisi humanisnya tak hilang. Waktu masuk dari Malaysia tahun 2019, kebetulan laptop saya mati dan minta dibawakan charger sama Nyonya dari Indonesia. Siapa tahu bukan laptopnya yang rusak tapi cuma chargernya. Nah, kedua charger itu saya bawa dari KL. Di imigrasi Singapura, selepas x-ray, petugasnya meminta saya untuk membuka ransel. Melihat kabel-kabel itu, dia bertanya kok saya bawa kabel banyak sekali. Saya jawab saja apa adanya. Petugasnya cuma mengangguk-angguk paham dan mempersilakan kami lanjut.

    Waktu pemeriksaan paspor, petugasnya pun ceria sekali. Padahal masih pagi buta dan mungkin dia baru ganti shift. :D Itu pengalaman kedua saya diberikan senyum sama petugas imigrasi. Biasanya malah dicurigai karena bercelana pendek dan bersandal jepit. Hahah.

    BalasHapus